Repotnya jadi duda

Duda alim yang tak ingin nikah lagi pun dimaui janda dan perempuan lajang matang. Tapi tak semua duda tergoda.

▒ Lama baca < 1 menit

Duda matang yang masih dikejar janda maupun perempuan lajang

Dalam perjalanan ke luar kota, satu SUV berisi empat orang, obrolan zig-zag akhirnya sampai ke soal duda. Yang memulai justru Ali Krecek, satu-satunya duda dari empat sekawan teman kuliah. Dia menceritakan pengalaman tak nyaman, namun mengundang tawa.

Kamso teringat Pak Kartono Pompa, menduda saat menjadi eksekutif di BUMN besar, terakhir sebagai komisaris. Sepeninggal istri dia selalu dijodohkan degan lajang maupun janda, ada pula menyodorkan diri untuk teman hidup.

Bu Kartono meninggal 2012. Dua tahun terakhir, Pak Kartono tak menengok makam istrinya setiap Ahad karena kondisi fisik tak memungkinkan. Namun satu masalah sudah lewat, yaitu dipacokaké, dijodohkan, suatu hal yang membuatnya marah dan tensi melonjak.

Kembali ke Ali Krecek, “Ada aja yang jodohin aku. Huh!”

Lalu, “Ada tuh yang langsung ke warungku, nanya, ‘Ini Pak Ali yang istrinya udah meninggal, kan? Kenalin, saya Rina.’ Dia protes waktu aku panggil Bu. Katanya langsung nama aja.”

Terus? “Sering mampir beli dikit, ngobrolnya lama. Suka kirim WA udah makan belum,” kata Ali.

“Pucuk dicinta ulam dibrakot,” celetuk Kamso.

“Dia nunggu manuver kamu, Li” timpal Jodi Kebo.

“Coba aja dulu, kalo nggak jodoh ya putus,” saran Albert Frankenstein.

“Aku udah committed sama anak-anak, nggak akan nyari mama pengganti. Hanya ada satu mama dalam keluarga,” kata Ali.

Tak ada tawa. Kemudian Ali meneruskan, “Lagian kalo nikah lagi, secara ekonomi berat.”

“Kalo dia sebagai lajang matang punya bisnis bagus, sanggup biayain kamu, kan nggak masalah, Li?” kata Kamso.

“Mmmm… gitu ya, Kam?”

Tiga orang tertawa bersama.

“Tapi aku udah committed sama anak-anakku…”

“Anak-anakmu udah besar, mandiri, nanti pada nikah, kamu tinggal sendiri,” kata Jodi.

“Gimana ya. Nggak deh.”

“Mulai goyah duda kita,” kata Albert.

Semua terbahak.

“Gini aja, kamu jadian sama mbak itu, tanpa commitment, jadi tetep committed sama anak-anak. Win-win solution,” kata Kamso.

“Takut dosa. Zina meskipun nggak sampe melakukan. Lagian usia segini kan beda dari dulu. Kesian dia kalo masih meluap-luap.”

Tawa pun meledak dari tiga kepala, dalam mobil yang melaju kencang di jalan tol dalam siang panas.

¬ Ilustrasi dihasilkan kecerdasan artifisial

3 Comments

junianto Rabu 20 Desember 2023 ~ 13.39 Reply

Mas Ali Krecek sudah enggak meluap-luap, to?

Pemilik Blog Sabtu 23 Desember 2023 ~ 16.11 Reply

Krecek kan kalo direndam lama hancur

Tinggalkan Balasan