Kini era serbavideo, dapat konten sontoloyo itu risiko

Screentime seseorang bisa panjang karena doyan video, apalagi kalau tak suka baca. Konten apapun ada dalam video.

▒ Lama baca < 1 menit

Kini era serbavideo, dapat konten sontoloyo itu risiko

Rita Talenta mengadukan Nano Nano, suaminya, ke Kamso, “Aku dibilang suka konten sontoloyo, Mas.”

Nano tertawa. Kamso mengerutkan kening.

Lantas Nano yang suka cengengesan itu pun bercerita, Rita suka video pendek yang dikemas seolah-olah sebagai berita padahal ngaco, tak jelas kapan, “Mana pake suara robot yang jelek cara bacanya, habis satu alinea nggak ada ambil napas, Mas.”

“Tapi isinya ringkas, jelas, gampang dipahami, nggak kayak podcast kesukaan Mas Nono yang bikin capek, isinya diskusi apa debat nggak ada bedanya,” kata Rita.

Nano terpingkal-pingkal, “Dia nggak peduli video kayak berita itu bikinan siapa, media yang jelas atau nggak jelas. Kalo video kesehatan dia nggak mau tahu itu yang bikin dokter beneran atau ahli gizi beneran. Huahahahaa… bisa terperosok tuh, dapet risiko, misalnya ada tip sehat minum rebusan biting.”

“Makanya aku nanya suami, isi video itu bisa dipercaya nggak. Buat apa punya laki kalo nggak dimanfaatkan,” Rita membela diri.

“Makanya Rit, kamu nanya Mas Kam gimana mastiin sumber video yang bisa dipercaya. Kamu juga suka dapet skrinsyot berita palsu, ogah nyari situsnya. Gimana, Mas?”

“Jangan nanya saya dong. Nanya ke Kominfo yang ahlinya ahli. Saya juga nggak telaten ama video panjang, makanya suka baca transkripsi. Saya juga suka video yang pake chapter,” jawab Kamso.

“Nah,” kata Rita, “kalo video nggak menarik yang salah tuh yang bikin, kan? Gitu juga tulisan, termasuk berita. Lagian saya nggak telaten baca apa aja.”

¬ Ilustrasi dihasilkan oleh AI

Tinggalkan Balasan