Oma Rosa Oven masih suka bicara politik. Dia mengeluh cucu-cucunya apolitis, “Belum pada tau mau milih capres yang mana.” Kamso tertawa. Oma yang dia panggil tante malah mecucu.
Lantas Oma menanya Kamso, “Kam, kira-kira Bu Mega bakal baikan sama Jokowi nggak? Kemarin Bu Mega kan bicara keras, tapi Jokowi nggak mau nanggepin.”
“Nggak tau, Tante. Cuma mereka berdua yang tau. Emang napa sih?”
“Lah Bu Mega tuh kan kayaknya pendendam. Hubungan sama Pak SBY sampe sekarang kayak ada sekat ruang kan, Kam? Dari pihak Pak SBY sih siap rekonsiliasi.”
“Oh gitu…”
“Iya kan? Bu Mega kan apa itu bahasa Jawanya…, kayak anak kecil nggak mau ketemu, saling menghindar, ogah ngomong…”
“Oh itu jothakan, Tante.”
“Nah, that’s it! Bu Mega suka njothak!”
“Oh gitu…”
“Payah kamu Kam, cuma ah oh gita gitu…”
“Hehehe…”
“Inget Kam? Dulu Bu Mega nggak mau salaman ama Surya Paloh, padahal kamera pada nyorot. Padahal mereka udah kenal lama, Bu Mega manggil dia Bang…”
“Gitu ya?”
“Suka njothak itu namanya, Kam.”
“Tapi waktu para mantan presiden dan wapres dikumpulin Jokowi di istana, Mega salaman sama SBY.”
“Nggak tau ada tanya jawab selain apa kabar atau apa, Kam.”
“Lah waktu pemakaman Taufik Kiemas kan yang jadi inspektur upacara kan SBY? Yang nyambut jenazah juga SBY.”
“Itu tugas negara. Kamu tuh kader Partai Mercy apa Banteng sih, Kam?”
“Bukan kader mana pun, Tante. Saya lagi milih partai yang nggak lolos di KPU, mau ndaftar kader tapi keder.”
¬ Gambar praolah: BPMI Setpres, Liputan 6
3 Comments
Saling mendiamkan.😁
Jothakan, neng-nengan….
Bahasa Indonesianya apa ya? Bukan bermusuhan atau berseteru sih.