Jika Anda termasuk generasi milenial apalagi Z, besar kemungkinan takkan berkerut kening saat menjumpai sendok makan ini. Ada tulisan embos Dino. Nama itu boleh jadi belum pernah menyinggahi benak Anda. Dino adalah merek sabun detergen, pesaing Rinso. Misalnya Anda dari generasi X (1965—1980) angkatan awal mungkin masih ingat.
Di rumah saya ada sebuah sendok Dino. Saya tak tahu sudah berapa lama sendok bonus ini menjadi warga dapur saya. Apakah terbawa dari rumah ortu maupun mertua saya saat kami mudik belasan tahun bahkan likuran tahun silam dan kembali ke Bekasi berbekal bakmi goreng untuk perjalanan?
Saya juga tak ingat apakah pada lima tahun pertama 1990-an Dino masih ada. Blog Sejarah dari Toko memuat iklan Dino di majalah Femina, November 1982 — ya, 38 tahun silam — dari akun Flickr inBaliTimur.
Yang saya ingat, sampai akhir 1990-an kernet dan kondektur Mayasari maupun PPD meneriakkan “Dino! Dino!” saat bus dari arah Cawang, Jaktim, menuju Grogol, Jakbar, akan melewati bekas pabrik Dino (kemudian kantor PT Kao Indonesia) di Cikoko, Jalan M.T. Haryono.
Ibu saya dulu lebih sering memakai Dino. Saat saya harus mencuci sendiri, tanpa mesin, juga memakai Dino karena kalau pakai Rinso telapak tangan mengelupas.
Dahulu kala, waktu saya kecil, detergen itu barang baru. Untuk mencuci pakaian, rumah tangga memakai sabun batangan, dari sabun cap Bebek Angsa hingga Sunlight yang disebut sabun cap tangan.
Setahu saya detergen mengisi kehidupan masyarakat pada awal Orde Baru, saat modal asing berdatangan. Merek pembuka adalah Radion, yang iklannya di radio menggemakan jingle “Radion Baru, busa berlimpah-limpah. Radion Baru, mencuci sendiri”.
Setelah itu ada Rinso, dan ada juga detergen dalam bentuk krim kuning, diwadahi kaleng, yang kemudian disebut sabun colek. Merek yang terkenal adalah B-29. Dalam kaleng kadang ada hadiah kejutan sebuah cincin emas. Lalu ceruk krim detergen juga diisi oleh Wings.
Kini? Menyebut sepuluh jenama detergen pun belum selengkap sediaan di pasar.
¬ Sumber gambar iklan Dino diambil dari akun Flickr inBaliTimur
2 Comments
Moto “mencuci sendiri” saya kira dari Rinso, ternyata bukan.
Tentang Dino, tentu saya tahu. Dahulu selain Rinso keluarga saya juga biasa memakai Dino dan Soklin (betul nggak ya nulisnya?)
Kini selalu pakai Rinso (yang kata pabriknya mengandung Molto) dan pakai Molto juga.
Soklin belakangan. Motonya is the best.
https://mysoklin.com/company-history/