Bagi saya inilah foto terbaik saya

Ini foto 2016, maneken di Tanahabang, Jakpus, saat blog ini masih saya kunci. Kini saya angkat lagi bukan dalam kategori NPL karena saya mau bercerita hal lain. Saya akui blog ini padat gambar. Misalnya saya tahu cara memasang iklan programatik yang tidak mengganjal mata pasti saya lakukan. Kenapa?

Saya sebagai pemilik blog saja bisa penat mata jika laman berjejal iklan, apalagi pembaca. Itu baru satu soal, yakni aspek visual. Soal berikutnya adalah kekhawatiran isi iklan programatik tak cocok bagi saya. Tentu ada solusi dari Anda: pasang banner statis konvensional dong. Baiklah, kalau soal pasang sih mudah.

Kembali ke ke soal foto maneken ini, saya merasa puas karena hasilnya layak muat, pesan tersiratnya pun terasa. Memang sih, dalam versi termuat resolusinya sudah jauh berkurang. Dalam pos tujuh tahun silam itu, pesan juga saya kemas tersurat sebagai senandika atau solilokui.

Setiap blog padat gambar selalu tamak memori ruang penyimpanan berkas dan makan biaya. Apa boleh buat, saya memang suka. Penyebabnya adalah nilai minus saya dalam berkonten: kurang percaya pada kata.

Foto ini saya ambil dengan kamera saku Olympus, saat saya duduk di bangku kiri depan mobil, sementara istri saya menyetir, mengantar saya ke kantor pada suatu pagi menjelang siang siang. Hanya ada satu jepretan.

Blog yang bagus ya tanpa gambar