Wawancara imajiner dengan Anwar Usman setelah dia dicopot. Jangan Anda percaya karena fiktif pol.
“Pak Anwar, kenapa Anda nggak mengundurkan diri?”
“Jabatan itu milik Allah, Dik.”
“Berarti Anda masih di MK? Kan cuma jabatan Anda yang dicopot, tanpa atribut ‘dengan tidak hormat’ pula?”
“Situ ndak paham hukum ya? Baca yang cermat.”
“Apa rencana Anda selain milih permintaan talk show yang cocok di TV?”
“TV di rumah saya rusak, Dik. Kalo nonton streaming kayak bukan TV.”
“Nanti di kelas, kasus Anda juga jadi materi kuliah?”
“Kalo ada mahasiswa yang nanya ya saya jawab.”
“Anda merasa sebagai tumbal bagi sebuah keluarga, Pak? Keluarga baru Anda…”
“Nggak.”
“Anda merasa bersalah dan malu?”
“Pokoknya saya menerima putusan MKMK. Satu hal yang penting, tapi diabaikan publik, hakim MK yang dianggap bermasalah bukan cuma saya makanya ada teguran kolektif.”
“Apa yang Anda petik dari kasus ini?”
“Mencoba memahami budaya Jawa dalam kehidupan modern di tengah iklim republik, yaitu tentang satya, tuhu, lan bekti dalam brayat ageng.”
“Di keluarga itu Anda disebut Oom, Paman, Paklik, Lik, atau apa sih?”
“Pertanyaan nggak mutu! Semua pertanyaan situ nggak mutu!”
¬ Gambar praolah: hak cipta belum diketahui
6 Comments
Berarti sumber masalah di si AU itu.
Dan ngeles terooooos.
https://nasional.kompas.com/read/2023/11/08/15105601/anwar-usman-merasa-difitnah-secara-keji
Dia punya hak bicara dan membela diri.
Kita juga punya hak mencemooh.
Saya enggak suka dia disebut Paman, karena dia telah mencemarkan nama baik paman, termasuk Paman Tyo….
Lha kalo dia disebut Paklik atau Lik, itu mencemarkan Lik Jun
Dan kalau disebut oom, mencemarkan Oom Kamso.🙈