Marni Marning menanya ke Kamso, “Udah liat video jurkam Ganjar nyindir Prabowo, soal capres tanpa istri? Di panggung ada Ganjar dan Atikoh. Lucu ya, hihihi…”
“Udah. Itu nggak lucu,” jawab Kamso. Lalu, “Ada dua hal nggak bener.”
“Maksud Mas Kam?”
“Pertama, kampanye belum mulai, soalnya KPU belum menetapkan capres. Kedua, nggak mutu itu nyebut status perkawinan kompetitor, emang sih nggak nyebut nama.”
“Tapi fakta kan Mas, kalo Prabowo duda?”
“Faktual tapi nggak relevan dipersoalkan. Itu urusan pribadi Prabowo.”
“Berarti mempersoalkan Gibran, Jokowi, dan Anwar Usman nggak relevan dong, Mas? Itu kan soal hubungan keluarga?”
“Beda. Halah jangan pura-pura nggak tau masalahnya.”
“Kan bercanda, Mas. Terus gimana dong soal pemimpin tanpa istri?”
“Nggak apa-apa. Dulu ada menteri lajang, pria. Nggak soal siapa yang mimpin Dharma Wanita. Juga ada jenderal yang kabarnya lajang, kalo bener gitu aku nggak tau siapa yang mimpin Persit. Intinya itu bukan isu penting.”
“Jadi gimana dong, masa kampanye nggak ada humornya, Mas?”
“Humor ada batas dan adab, apalagi di depan massa. Bagi para kandidat apapun, mengendalikan pemuja, pendukung, buzzer, atau apalah, emang susah. Pendukung calon ketua RW aja bisa bawa isu SARA, padahal si kandidat bukan tipe itu. Tapi itu ujian buat calon pemimpin. Kalo nggak bisa ngontrol pendukung gimana bisa mimpin RW apalagi negara dan rakyat?”
“Mas Kam kok jadi serius sih? Kayak orang partai aja. Hihihi…”
“Partai eceran, dulunya grosir. Istilah partai gurem lebih jadul lagi.”
¬ Gambar praolah: Unsplash dan belum diketahui
2 Comments
Marni Marning, dari awal konten hingga akhir, tertawa terooooos.
Mabuk marning maning kiyé