Burung dalam kepungan debu

Di kedai pinggir jalan raya itu debu kemarau menebal. Bagaimana kesehatan burung piaraan di sana?

▒ Lama baca < 1 menit

Wahai kau burung dalam sangkar

Di mana-mana debu. Maka ketika mendapati sangkar burung yang digantungkan pada rangka atap, pas dalam batas tangan saya menggapai, karena bagian dasar setinggi dua meter lebih, saya pun membatin apakah penghuni sangkar tersiksa debu tetapi tak dapat kabur untuk menghindari.

Meja di warung gudeg itu, sehabis diseka kembali ngeres. Makanan yang saya santap? Dalam keadaan normal pun krecek, ayam opor, dan tempe bacem pasti dihinggapi partikel apapun. Apa boleh buat, saya meyakini diri agak kebal. Padahal saya belum pernah belajar ilmu kebal.

Wahai kau burung dalam sangkar

Saya membayangkan di area banyak pepohonan, misalnya TMII, sejauh 1,5 kilometer dari rumah bersangkar itu, burung bisa mengungsi mencari tempat yang tak banyak debu. Begitu pun burung di Monas dan Taman Impian Jaya Ancol (namanya sekarang Ancol Taman Impian).

Petang lintas burung dari Siberia

Saya belum mencari tahu bagaimana rombongan migrasi burung antarbenua menyiasati udara kotor dan abu vulkanis. Misalnya burung dari Siberia ke Indonesia. Mereka menempuh jarak belasan ribu kilometer dari belahan utara ke selatan. Tanggal 13 Mei dan 14 Oktober 2003 adalah Hari Migrasi Burung Sedunia. Bagaimana cara menghitung burung yang bermigrasi, sila tengok Mongabay. Pelacakan rute migrasi ada di Sci.news.

Hari Migrasi Burung Sedunia

Lalu bagaimana dan mengapa burung bermigrasi, sila lihat National Geographic Indonesia. Media berita dan humas beberapa pemda juga sesekali mengabarkan kejadian saat musim migrasi tiba.

Hari Migrasi Burung Sedunia

Maka kembali ke burung dalam sangkar, saya tak hanya berpikir mereka tidak bebas, hidup terpenjara, tetapi bagaimana menyiasati debu dan asap kendaraan yang melintasi jalan raya di depan rumah.

Wahai kau burung dalam sangkar

Lagu “Burung dalam Sangkar” saya kenal saat kelas satu SMP karena seorang teman, namanya Mahmudi, dengan merdu, lantang, tanpa nada terpeleset, dan pintar mengatur napas, menyanyikannya di depan kelas. Saat itu saya membayangkan dia dapat menjadi qari yang baik karena dia belajar mengaji.

Wahai kau burung dalam sangkar

Burung dalam sangkar tidak bebas. Tetapi ikan dalam akuarium dan kolam buatan juga, bukan? Oh, iya ya.

3 Comments

junianto Selasa 3 Oktober 2023 ~ 12.34 Reply

Mahmudi, di manakah dia sekarang?

Pemilik Blog Selasa 3 Oktober 2023 ~ 13.00 Reply

Maaf, dia sudah wafat ketika saya masuk SMA 🙏

Tinggalkan Balasan