“Dik Kam, Kaesang itu suka karbit?” tanya Pakde Hendro Maguwo.
Kamso menyahut, “Setahu saya nggak, Pakde. Generasi dia kayaknya nggak ngalamin mercon bumbung pake karbit. Pisang yang dia jual juga nggak matang karbit. Las karbit dia juga nggak ngalamin.”
“Kok mendadak jadi ketua umum partai, Dik?”
“Ada tiga cara jadi ketum dengan cepat. Pertama, bikin partai. Kedua, masuk sebagai juru selamat sebuah partai dan mayoritas anggota milih dia, padahal dia orang baru.”
“Cara ketiga, Dik?”
“Sebagai orang luar nerima lamaran partai yang aturan internalnya bisa nunjuk dia sebagai ketum tanpa pemilihan dalam kongres. Cukup sabda ketua dewan pembina sebagai patriarkh partai anak muda progresif.”
“Uh, kalo di PT bisa. Orang luar masuk, mimpin, karena RUPS. Jabatan menteri juga bisa, karena ditunjuk oleh presiden, tapi dirjen ke bawah kan jabatan karier. Lha ini partai politik, milik kaum muda dan mereka yang berjiwa muda kayak slogan majalah Aktuil jaman aku muda keren bahagia sentosa harapan tetangga, masa nggak kenal kaderisasi, orang nggak harus merangkak dari bawah, dari tingkat kader kecamatan?”
“Setiap organisasi punya aturan main, Pakde. Soal internalisasi nilai-nilai kepartaian, ya mereka yang lebih paham. Yang penting politik sebagai jalan pedang kayak Musashi.”
“Jalan ninja, Dik. Jangan pake terminologi ala boomers alias generasi kolonial kata cucuku.”
“Baiklah.”
“Terus keluarga dia, terutama bapaknya, piyé?”
“Nggak tau kalo urusan keluarga. Tapi kalo mau bahas itu ya dari sisi nama anak. Dalam bahasa Jawa, kaé artinya itu, seperti orang nunjuk. Sang itu kata sandang, sebangsa si anu. Pangarep itu pemuka. Kalo pangarep-arep, lain lagi, artinya yang diharapkan. Nama adalah doa dan harapan, kata para sepuh.”
“Tapi ketika harapan mulai mawujud, di awalnya mungkin bisa jadi masalah bagi bapaknya.”
¬ Gambar praolah: Unsplash, hak cipta foto Kaesang belum diketahui
7 Comments
Mau komen pekewuh karena tetangga (beda kelurahan, bukan sekampung/sekelurahan) di Solo. Tur nggak enak sama Pakde Blontank sang pemuja Jokowi.😁
Saya dua kali memilih Jokowi.
Sebelumnya dua kali milih SBY.
Saya bukan kader PDIP maupun Demokrat.
Tetapi oleh song kritis dan ngécé 🤣
Saya golput, kemudian dua kali milih Jokowi karena lawannya adalah Bowo. Kemarin-kemarin sudah putuskan akan golput, tapi bisa berubah lagi kalau Bowo nanti pasti jadi capres.
🤣🤣🤣🤣🤣
Mau milih Anies ya?
Ndak papa, kan demokrasi.
ABB. Asal Bukan Bowo.
Milih Anies? Asal Bukan Anies.
Kalau ternyata nanti pilihannya hanya Bowo dan Anies? Whaini, embuh. 😁
🤣🤣🤣🤣🤣
Ralat. Kayaknya 2004 saya Golput. Hasil pemilu saya ketahui saat saya di luar kota. Kalo 2009? Mungkin nyoblos mungkin tidak.
Gawat saya mulai pikun.
Tapi saya ingat cawapres Budiono gelar dialog di kantor saya. Dibawa GM.