Entah sudah berapa kali Bank Indonesia memasang iklan di koran, berupa infografik. Di Kompas hari ini juga. Begitu pun di koran ekbis. Tetapi di Poskota tidak. Bukan soal pilih kasih melainkan siapa yang menjadi target pesan.
Bagi pembaca yang paham ekonomi makro, iklan BI itu jelas, tak ada masalah. Tetapi bagaimana dengan orang biasa, meskipun tamatan S1 belum tentu paham semua istilah moneter.
Misalnya? Selalu ada BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dan suku bunga deposit facility (DF). Binatang apakah gerangan itu?
Tentu saya tak mengusulkan agar iklan BI seperti laman majalah komputer untuk pengguna umum awal abad ini, yang memasang kotak jargon. Misalnya CMOS itu apa. Dalam iklan BI tidak perlu. Karena sasaran utamanya sudah jelas. Namun jangan biarkan orang awam tak peduli tersebab bingung. Anak SMA dan SMK juga perlu dibantu untuk tahu.
Kini semua info ada di internet. Kalau ada istilah yang membingungkan bisa menanya mesin pencari dan layanan AI. Tetapi apakah harus begitu?
BI punya laman Glosarium. Sayang di layanan khusus takarir kata reverse repo rate dan deposit facility malam ini tak saya peroleh. Mungkin cara saya mencari kurang tepat.
Di akun Instagram BI secara sepintas saya sapu dengan mata, namun saya tak melihat yang saya cari. Maklum banyak gambar di sana. Adapun di X, akun BI tak menjelaskan secara bernas.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. pic.twitter.com/V8mNc7Cp8g
— Bank Indonesia (@bank_indonesia) July 21, 2022
Ini persoalan kehumasan. Kalau untuk edukasi perihal uang palsu BI dapat melakukan, mestinya untuk hal yang teknis, padahal tak bertaut dengan keseharian khalayak, juga dapat. Seperti video pemancing BI di Instagram tentang inflasi.
Saya salut kepada Kontan pada edisi awal. Masih bersedia menjelaskan apa itu gain, IPO, bullish, bearish, dan istilah ekbis lainnya.