Pintu kaca ruko atau rukan itu terkunci. Lalu seorang anak muda yang sedang membongkar knalpot motor di luar membukakan kunci untuk saya. Begitu saya membuka pintu, ada suara bergema, “Langsung naik aja!” Orang-orang di atas mendengar suara saya, “Walah kok dikunci.”
Saat rehat rapat saya turun, untuk keluar lalu mengasap. Saya mendongakkan kepala ke sebuah lubang di plafon yang memepet tembok. Lubang vertikal itu dari lantai pertama hingga lantai ketiga, diterangi atap polikarbonat.
Oh, dari sana rupanya suara sambutan tadi. Lubang itu sekitar 160 cm x 80 cm, mungkin malah lebih. Saat itu saya tidak mengira-ngira ukuran.
Setelah tiba di rumah dan membersihkan hasil jepretan iseng, saya pun berpikir itu tadi void atau apa sih, lantas buat apa? Sirkulasi udara? Saya mengontak tuan rumah, dia tidak tahu. Ketika mengontrak ruang dia pun tak mencari tahu.
Apakah itu untuk cerobong asap karena ruang di blok itu ada yang untuk kedai? Atau semacam lift barang, kalau di kedai kopi tanpa asap ya untuk menaikkan nampan berisi makanan?
Saya seperti anak kecil. Penasaran. Saya hampir menelepon kantor pemasaran untuk beroleh jawaban. Saya juga mencari nomor agen properti yang menjual ruang di blok tersebut tetapi saya batal mengontak. Kenapa?
Pertama: sayang pulsa. Kedua: apa pentingnya bagi saya?
Saya juga hampir menanya arsitek lalu mencari informasi standar bangunan komersial bertingkat.
Menanggapi keingintahuan saya, tuan rumah berkomentar via WhatsApp, “Hahahaha, kayak wartawan aja, punya rasa ingin tahu berlebihan, lalu nyari narasumber, sekalian riset dokumen regulasi.”
Oh iya ya, saya ini cuma bloger iseng. Ngapain sok serius? “Wartawan aja belum tentu gitu,” kata tuan rumah.
5 Comments
Rapat (tentang) apakah?
Rapat gak jelas, diselingi makan siang soto ayam di dekat sana 🙈
Yah, gak jelas gpp, sing penting warek.😁
Saya waktu itu lagi ndak selera makan je. Tetep lapar, nasi separo, padahal gak sarapan
Wooooo.