Melihat pintu kayu bercat biru ini saya langsung teringat lagu dari Maluku. Buka pintu buka pintu / beta mau mau masuke / Siolah nona nona beta / adalah di mukae / Beta panggil tidak mau menyahut / buka pintu juga tidak mau
Namun di situ tak ada anjing menggonggong seperti dikatakan oleh lagu. Lorong di depan pintu juga tak ramai orang hilir mudik karena itu jalan buntu menuju ke warung bakso yang luas.
Apakah di balik pintu juga ada nona seperti disebutkan dalam lagu, saya pun tak mencari tahu.
Saya hanya membatin kenapa pintu dan meteran listrik menghadap lorong. Pun saya kurang tahu bagaimana riwayat lorong buntu itu. Tetapi saya ingat, sepuluh tahun lalu sudah ada warung bakso, dengan kotak kaca agak mepet di jalan, bukan lorong samping, dan ukuran kedai masih kecil.
Apakah dulu di depan pintu biru itu adalah lorong yang selebar jalan setapak, atau katakanlah sisa halaman, saya juga tak ingat. Biasanya sih meteran listrik di bagian depan rumah, di teras.
Lalu? Ada satu hal yang tadi saya lamunkan: banyak rumah di perkampungan dan kompleks yang memiliki pintu menghadap gang samping. Pintu-pintu samping itu langsung berakses ke ruang dalam, bukan halaman. Mungkin hal itu tak dianggap berisiko keamanan tetapi bisa juga justru memberikan kesan aman jika gang antar-rumah tersebut adalah jalan kosong. Jika gelap, jalan kosong hanya menjadi tempat berkumpul orang tak jelas dari luar lingkungan.
Ada juga pintu samping ke ruang dalam maupun halaman dalam, yang menghadap lahan kosong, termasuk lahan menganggur yang difungsikan untuk lapangan voli dan taman.
Lalu tata ruang berubah. Di atas lahan kosong dibangun rumah. Jika pintu tersebut adalah akses tunggal bisa muncul sengketa karena bangunan baru menutupi pintu masuk keluar.
Pintu bukan urusan sepele.
7 Comments
Tapi tidak berfungsi.😁 Tepatnya, tidak pernah digunakan. Ditutup terooooos sejak dibikin saat membangun rumah, dahulu. Lokasinya di tempat saya umbah-umbah.
Oooo gitu. Padahal perlu untuk pintu darurat 😇
Memang dulu dibikin untuk lawang darurat. Ternyata tidak pernah kepakai. Syukurlah.
🙏 Punya plan B itu bagus.
Tapi jika berurusan dengan polisi dan penjahat, mereka segera tahu ada pintu darurat yang menghadap ke tempat terbuka dan mencegat kita.
Saya teringat dua hal.
1. Dulu kalo ada anak Timtim main ke kantor saya di Palmerah, pulang melalui pintu belakang. Sebetulnya saya bisa kasih saran kalau diminta: dari pintu belakang, lalu memutar, sampai ke pompa bensin, memutar lagi, masuk ke halaman belakang bedeng di Palmerah Barat. Anak-anak itu pulang, dua orang tak jelas yang mengikuti mereka lalu duduk di ruang tunggu bertanya, lama sekali mereka, apakah sudah pulang, lewat mana. Saat itu sedang rame anak Timtim minta suaka.
2. Saat Kudatuli, bbrp orang selamat krn melompati tembok di belakang kantor partai, tembus ke halaman rumah di balik tembok.
👍
Pintu samping, atau butulan, ada juga di omah wetan saya.
👍💐