Cantik. Kecantikan. Keindahan. Apresiasi terhadap diri sendiri. Bukan hal mudah jika menyangkut kekuasaan. Siapa yang paling berwenang atas tubuh setiap orang? Beda tempat beda cara pandang.
Saat membaca berita foto tentang penutupan salon di Afganistan oleh Taliban (¬ Kompas.id) saya langsung teringat Arab Saudi. Memang sih saya belum pernah mendatangi kedua negeri itu. Informasi hanya saya ketahui dari media berita dan media sosial, itu pun tak lengkap.
Pembatasan dan pengekangan terhadap apapun, termasuk perempuan, dapat membangkitkan penolakan. Setidaknya hanya menyatakan keberatan, tetapi setelah itu terpaksa patuh karena menyangkut sanksi dari pemegang otoritas. Di Kabul, demo perempuan menentang penutupan salon dihadapi dengan kekerasan.
Karena ingin tahu bagimana Arab Saudi memperlakukan salon kecantikan, saya pun mencari informasi secara acak. Dari TimeOut Riyadh saya dapatkan gambar serta tulisan yang tak mencerminkan pemberangusan.
Hal serupa saya dapatkan dari media di Uni Emirat, Emirates Woman, namun membahas salon kecantikan di Arab Saudi.
“This isn’t about getting your hair and nails done. This is about 60,000 women losing their jobs. This is about women losing one of the only places they could go for community and support after the Taliban systematically destroyed the whole system put in place to respond to domestic violence,” kata Heather Barr, Associate Director pada Human Rights Watch (¬ Aljazeera).
Mengapa Afghanistan dan Arab Saudi bisa berbeda dalam memperlakukan perempuan? Anda yang lebih paham daripada saya dapat menjelaskan.