“Udah jadi beli walkie talkie, Man?” tanya Kamso.
“Batal, Oom. Tapi orang suka bilang itu HT, handie talkie. Padahal beda,” jawab Maman Madman.
“Kok batal?”
“Batal, daripada berantem. Hehehe… Oom juga terlalu, ngasih usul kok aneh,” .
“Lha kamu kan yang minta advis?”
Lalu mereka tertawa. Itulah masalah Maman: istrinya selalu berbicara di telepon dengan mengaktifkan sepiker, padahal ada orang lain di dekatnya.
Alasan istri Maman, kata suaminya, “Artinya aku ini terbuka, nggak ada yang aku rahasiakan.”
Setiap kali ditegur, istri Maman cemberut. Saat si istri makan bersama suami di rumah pun dia langsung angkat telepon yang jadi lauk, lalu mengaktifkan sepiker. Hanya di kedai dia akhirnya rikuh — tetapi jika tak ada pengudap lain, kata Maman, “Dia kayak satpam pake HT.”
Oh, bahkan di kamar pun sang nyonya berhalo-halo. Memang tanpa sepiker, tetapi mengganggu suami. Kalau Maman sih meniru Kamso, tak membawa ponsel ke kamar saat tidur.
Karena itulah Maman menanya Kamso, karena dia tahu pria itu saat menerima telepon tetapi tak mungkin menjawab pendek macam ya dan tidak, akan menjauh dari kerumunan dan tak berteriak.
Maka Maman pun meniru Kamso, bekas atasannya. Saat diajak bicara serius, Kamso memasukkan ponsel ke saku, atau menengkurapkannya di meja. Misalnya ada telepon masuk, dia akan menjawab, “Maaf lagi anu. Entar saya kontak.”
Intinya, jangan sampai aktivitas bertelepon mengganggu kenyamanan orang lain.
“Nah, waktu mau klik beli HT di lapak online, saya baru sadar kalo HT nggak nyimpen nomor kayak hape. Dikontak dari hape juga nggak bisa. Bego juga saya, ngapain nurutin Oom Kam,” kata Maman.
“Lha kan katamu tujuan istrimu berkomunikasi tuh secara bising dan mengganggu orang?”
¬ Gambar praolah: drobotdean / Freepik dan cookie_studio / Freepik
4 Comments
Mamaaaan, Maman! 😂😂😂🙈
Setiap orang punya kenaifan dan kelucuan.
Arep komen “pekok tenan” nggak jadi. Lha bekas bawahan Paman eh Om Kamso, je.😬
Lhooo kok gitu ya