Tadi sekitar pukul delapan malam saya iseng memotret tanaman pagar yang sebelumnya saya siram. Setelah dua kali saya siram, pagi dan sore, atau bisa juga pagi dan malam, mereka kembali segar.
Saya bukan perawat tanaman yang baik. Kalau mendung berat sore hari, tanaman tidak saya siram. Yang jadi masalah kadang hujan. Mau menyiram sudah kemalaman, lagi pula saya sudah sarungan.
Hasil jepretan ponsel tak memuaskan saya. Itulah enaknya jadi orang yang bukan fotografer. Tak ada beban kalau hasil foto biasa saja. Saya juga tak pernah mendaku berhobi fotografi apalagi sebagai fotografer.
Perihal tanaman pagar, ada beberapa daun yang sudah kering. Tak tertolong. Saya biarkan saja. Nanti dia dan saudaranya yang sudah mati akan gugur sendiri.
Nasihat bijak berujar, tanaman harus diajak bicara. Pernah sih saya lakukan saat membuat video memakai ponsel. Tetapi saya pikir nasihat itu baik. Kita harus menghargai kehidupan. Menyapa makhluk lain tak ada ruginya.
Yang saya lakukan terhadap tanaman hanya membatin, bicara dalam hati, “Kamu yang sehat ya, Lé.”
Dulu saat memiara ikan cupang sekian karaf di kantor saya kadang mengajak bicara, dengan bergumam, botol demi botol, terutama saat sepi. Demikian pula saat saya mengganti air dan mencuci karaf di pantri. Mereka saya ajak bicara, terutama saat memindahkan seekor cupang ke wadah sementara.
Suatu malam, saat kantor sepi, tinggal dua OB memberesi ini itu, saya ngobrol dengan para cupang. Ternyata ada seorang sejawat, anak muda, belum pulang dan terus mengamati saya dari jauh.
Dia menyimpulkan, “Paman kesepian, nggak ada yang diajak ngobrol, sampe ikan aja diajak ngomong.”