Coblos nama, bukan partai, emang nape?

Bagi partai, sosok tenar sebagai anak kos bukan soal. Yang penting bisa dapat kursi dan jadi petugas partai. Kader lawas bisa cemburu.

▒ Lama baca < 1 menit

Partai yang suka jualan kucing dalam karung

Mahkamah Konstitusi menolak permohonan enam orang untuk membatalkan pasal dalam UU Pemilu sehingga sistem pemilihan legislatif proporsional terbuka diubah menjadi tertutup. Artinya kalau hal itu dikabulkan, pemilih akan mencoblos gambar partai, bukan caleg yang mewakili dirinya.

Nah, dalam sistem tertutup itu, siapa yang akan duduk di parlemen — dengan rajin membolos maupun tidak, suka tertidur atau tidak — itu terserah partai. Kenapa? Sebagai organisasi yang mahatahu urusan negara, partai adalah penentu segalanya.

Itulah yang disebut posisi dan peran artikulatif dalam politik: atas nama rakyat, partai boleh apa saja sesukanya. Bukankah dalam bahasa Inggris partai adalah party yang juga berarti pesta? Maka keleluasaan harus senantiasa dirayakan selayaknya perjamuan.

Kaderisasi dan memobilisasi kerumunan adalah dua hal berbeda. Kalau kaderisasi bagi partai lama untuk menyiapkan legislator itu minimal sepuluh tahun, namun sulit mematangkan kader selekas mi instan dalam mangkuk yang tinggal dituangi air panas dari dispenser, ya tinggal comot sosok-sosok yang sudah tenar. Misalnya dari dunia hiburan.

Bagi kader lawas yang terpinggirkan, paling sip itu memanfaatkan orang kondang cuma sebagai pemancing suara atau vote getter.

Sumber masalah ada di partai dalam menyiapkan petugas.

¬ Gambar praolah: Unsplash, Tokopedia

6 Comments

junianto Jumat 16 Juni 2023 ~ 10.12 Reply

Tentang coblos mau nama mau partai, monggo saja, karena saya akan golput.

junianto Jumat 16 Juni 2023 ~ 10.11 Reply

https://solo.tribunnews.com/2023/05/11/daftar-lengkap-nama-bacaleg-pdip-solo-beserta-dapilnya-penuhi-kuota-45-kursi
Sebagian dari 45 nama itu☝(kayaknya lebih dari lima) sudah menjabat dua kali. Apakah itu salah satu contoh masalah kaderisasi di partai lama di Solo? Saya tidak ngecek partai-partai lama lain semisal Partai Golkar.

Pemilik Blog Jumat 16 Juni 2023 ~ 10.20 Reply

Lho kalo itu kan emang kaderisasi dari bawah, jika perlu dari tingkat ranting. Tentu, kader gak hrs otomatis jadi legislator

junianto Jumat 16 Juni 2023 ~ 13.23 Reply

Maksud saya, ada lebih dari lima kader sudah dua kali jadi anggota dewan, dan sekarang nyalon lagi.

Pemilik Blog Jumat 16 Juni 2023 ~ 17.00

Wah menghambat regenerasi itu. Terpilih umur 35, kalau sampai tiga periode, dia ngaso umur 50.

Tinggalkan Balasan