Tentang ucapan Jusuf Kalla, yang pernah dua kali menjadi wakil presiden, bahwa perekonomian Indonesia dikuasai warga keturunan Cina, bagi publik ada persoalan konteks dan tafsir.
Dalam video pidato, JK menyebut “orang Cina” dengan memelankan suara seperti orang berbisik.
Lalu persoalan konteks? Ini juga menyangkut tafsir dalam menempatkan fakta. JK mengucapkannya dalam halalbihalal ICMI di Jakarta, Jumat (12/5/2023).
Konteks lain berupa latar peristiwa, dengan maupun tanpa acara ICMI, yakni tahun politik menjelang Pilpres 2024. Belajar dari pilpres sebelumnya, isu primordial selalu layak goreng. Istilah Aseng dan Asing terasa gurih kemriuk bagi pencandunya.
Maka tahap berikutnya adalah seliweran aneka tafsir, yang dimulai dari sepotong pertanyaan: kenapa JK mengucapkan hal itu?
Sebagai nasion, Indonesia belum beranjak dari isu bumiputra, pribumi dan “nonpribumi”, asli dan pendatang, lalu entah apa lagi. Di media sosial masih saja ada orang mempersoalkan latar belakang etnisitas leluhur Anies Baswedan, dengan menyebut Yaman dan Arab dalam nada permusuhan.
¬ Gambar praolah: Tatler Asia
2 Comments
Maka hari-hari ini “Chaplin” pun dimaki-maki para pemuja Jokowi, dan Kalla dipuji-dipuji para pendukung Anies.
Yah gitu deh. Mau pilpres kok pake ontran-ontran