Kamsi menelepon Noni Cawak, mengucapkan selamat datang dari mudik dan berterima kasih untuk oleh-oleh lidah asap dan lumpia yang dikirimkan via Gosend.
Suara Noni menerobos sepiker ponsel, “Santai aja, Tante! Ini THR udah habis, tapi gaji kan udah masuk. Hahahaha!”
Lantas ibu muda berputra seorang balita itu melanjutkan, “Kalo di tempat Papa dan Mama dulu enak, ada THR Lebaran dan THR Natal, setiap orang dapet. Napa nggak semua perusahaan gitu ya, Tante? Tanyain ke Oom Kam tuh! Hahahahahaa!”
Setelah meletakkan ponsel, Kamsi menanya suaminya, “Kenapa ya Mas, nggak semua perusahaan ngasih THR Lebaran dan Natal?”
Kamso menyahut, “Yang diwajibkan oleh negara cuma sekali THR sesuai status agama karyawan. Kalo ada yang ngasih THR Natal dan Lebaran nggak dilarang. Kenapa nggak semua perusahaan mau menerapkan cara mulia itu, yah siapa yang mau ketambahan beban biaya?”
“Kan bisa dihitung entah gimana caranya, intinya nggak jadi beban? Misalnya THR cuma sekali, ya ada potongan tanpa terlihat saban bulan, jatuhnya THR sebulan gaji. Kalo dua kali THR juga sama rumusnya. Jadi prinsipnya setahun gaji dibagi tiga belas atau empat belas. Tapi di atas kertas, semua gaji nggak dipotong buat THR. Cuma bos yang tau.”
“Di perusahaan kecil bisa. Bos itu ya pemilik merangkap eksekutif. Terus kalo pada minta tambah THR Imlek?”
“Ya sama prinsipnya. Disiapin tiga tahun sebelumnya.”
“Tapi kenapa Jeng ngasih THR asisten rumah kita cuma sekali?”
¬ Gambar praolah: uang mainan dari Tokopedia, kalkulator dari Canon Inc.
4 Comments
Weh, Om Kamso kok gitu sih kepada Jeng Kamsi?
Lha gimana kalo misalnya Oom jadi anak buah Jeng Kamsi? Juga sama, THR cuma sekali 🙈
😅😁😬😂
Mangsud daripada emotikon ketiga dari kiri itu apa ya?