Kadang saya kesal kalau minuman yang mudah disajikan tak kunjung hadir di meja kedai. Yang saya maksud minuman mudah itu adalah minuman dalam kemasan dan teh tawar. Kalau pengudap harus menunggu sepuluh menit, apalagi lebih, itu namanya terwelu terlalu.
Kamis pekan lalu saya dijemput seorang teman, ditraktir santap siang sekalian diajak ngobrol di sebuah kedai di Green Terrace TMII, Jaktim. Teh tawar saya sepuluh menit baru nongol. Padahal pegawai saya lihat cukup, tak kurang, misalnya pun ada yang cuti Lebaran.
Tadi siang saya, istri, dan dua anak makan di kedai sekitar satu setengah kilometer dari rumah. Minuman tak kunjung keluar, yakni teh tawar hangat, es teh tawar, dan dua botol teh dingin beda ragam.
Pramusaji kami minta mendekat, lalu kami tanya minuman pesanan. Dia bertanya, “Tadi pesan apa?” Saya menjawab,” Lihat tulisan di kertas.” Lalu dia membaca nota pesanan, dan mengambilkan Fruit Tea. Setelah itu dia berlalu.
Ya, semua awak sibuk di dapur. Tamu sedikit tapi pesanan banyak, untuk dibawa pulang — maklum banyak keluarga tak memasak karena ART cuti. Akhirnya sang juragan, yang cuma jadi kasir, pun datang. Kami menagih minuman. Dia tanya, “Emang tadi pesan apa?”
Jawaban saya konsisten, “Lihat tulisan di kertas.” Tampaknya dia tersinggung, “Saya kan nggak baca.” Singkat cerita, semua minuman akhirnya terhidangkan.
Standar layanan kedai, di luar kelompok cepat saji, yang efisien menurut saya Bakmi GM, warung Padang, warteg, dan warung ketoprak. Tiga yang terakhir itu untuk teh tawar, air putih hangat, dan minuman botolan.
4 Comments
Semoga di kedai istri saya para karyawannya tetap sat set seperti sudah berlangsung selama ini sehingga tidak terjadi seperti dalam konten Paman di atas.
Di warung Njenengan sih sat set 👍😇
🙏
Kami sekeluarga pernah. Nunggu lama, minuman baru keluar. Lalu sekian belas menit kemudian, ada kabar dari dapur, bhw ikan dan ayam habis. Ya udah seadanya aja. Lalu muncul kabar susulan, nasi habis. Padahal banyak pegawai, tapi pada bergerombol di dapur. Kayaknya krn juragan gak ada.