Di taman yang ada anak-anak pasti ada penjual mainan yang berkeliling. Dengan catatan: dia tak hanya boleh masuk tetapi juga berjualan. Misalnya yang terlihat di Buperta Cibubur, Jaktim, Ahad lalu. Di sana ada beberapa kelompok jemaat gereja yang berbeda merayakan Paskah. Ada anak-anak juga ada.
Hampir setiap penjaja mainan memiliki bola plastik. Cocok untuk bermain di alam terbuka. Saya lupa berapa harganya padahal sempat bertanya.
Lalu bagaimana dengan mainan yang bukan untuk alam terbuka dengan taman luas, misalnya boneka dan alat masak? Kata penjual, yang tinggal di Pondokranggon, belakang Buperta, jarang yang membeli, tetapi yang penting pernah.
Harga sepasang boneka plastik yang merujuk gaya Barbie itu Rp30.000. Sedangkan alat masak mini Rp20.000.
Begitulah, dunia anak dan mainan itu tak dapat dipisahkan. Zaman dahulu, kuno, anak Jawa mengenali golek kayu untuk ditimang dan digendong. Kalau anak lelaki ya pedang-pedangan dari kayu, disertai mahkota daun.
Penggalian kepurbakalaan kadang mendapatkan artefak mainan anak. Misalnya dari tembikar. Silakan Anda simak laporan BBC tentang mainan anak dari 3.800 tahun lalu di Timur Tengah.
3 Comments
Zaman kuno saya biasa bikin mainan dari kembang tebu, antara lain mobil-mobilan. Anak zaman now mana tahu kembang tebu.
Glagah, kan? Waktu kelas tiga SD saya membawa segepok glagah, dari Kendal ke Salatiga, ditaruh di atap bus. Saya bersama dua bude saya.
Selain membuat mobil-mobilan, saya juga membuat anak panah. Suatu kali panah saya mengenai serombongan tentara yang berdiri di atas bak truk berjalan. Satu orang turun, mengejar saya. Saya lari sekuat tenaga, masuk ke lorong kampung, lalu menyusup ke kebun rimbun.
Aman sih. Saya selamat. Tapi kaki gemetar. Napas tersengat-sengal. Jantung berdegub kencang. 🙈
Oh saya baru tahu nama lain kembang tebu adalah glagah.
Betul, bisa dibuat anak panah. Seru dan serem juga itu pengalaman memanah Paman.😁