Maaf, ini bukan reviu buku karena saya belum membaca bukunya. Bahkan memesan pun belum. Ini cuma sepotong tipis lapis cerita bisnis perbukuan.
Di Twitter saya lihat akun Akalbuku menawarkan buku karya M. Quraish Shihab. Judulnya menarik, dengan desain teks pada sampul yang dikemas bergradasi: kata “akhlak” kian menipis.
✨ YANG HILANG DARI KITA: AKHLAK – M. Quraish Shihab
🛒 115 ribu
PESAN DI:
📞 https://t.co/hnxyeve1ID
🟢 https://t.co/SzF9ZtAC3j
🟠 https://t.co/Srq5PRlX1J pic.twitter.com/9Ep0MPkAQx— Akal Buku (@AkalBuku) February 26, 2023
Tautan menggiring saya ke lapak milik Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih itu di Tokopedia. Harga buku Rp115.000. Lalu saya membandingkannya dengan lapak lain. Salah satu lapak menawarkan buku perihal akhlak itu Rp35.000. Mencurigakan. Apalagi saat saya membaca deskripsi produk.
Lalu saya pun menanya pelapak via japri, apakah buku itu barang bajakan. Jawabannya: “Harga barang sesuai dengan kualitas ya.”
Wah, itu sih jawaban yang mengambang. Lalu menyusullah sinyal dari pelapak, “Ori 100K, Kak. Jika berminat.” Artinya, buku orisinal Rp100. 000. Dia punya lapak ada sedia.
Dia tak menyebut jualannya yang Rp35.000 itu produk bajakan. Namun dari jawaban pelapak itu saya dan Anda dapat menyimpulkannya.
Ehm, saya baru ingin tahu harga yang kompetitif, untuk sebuah buku bertajuk Yang Hilang dari Kita: Akhlak, langsung bertemu kasus yang mengejek buku tersebut.
Membajak buku berarti merampas hak ekonomi penulis dan penerbit. Pembajak tak membayar honorarium dan royalti kepada penulis. Mereka mengoyak ekosistem bisnis perbukuan. Dalam kasus ini penulisnya adalah seorang ulama terkemuka yang sedang membahas akhlak.
Yang hilang dari kita: akhlak. Yang hilang dari pembajak dan jaringannya: rasa tersindir oleh sebuah judul buku.
¬ Gambar praolah untuk sampul buku fiktif: Tribun Images
4 Comments
Bukuku dipalsu dan dijual 10 ribuan di lapak-lapak online 😁😁
Huh 😭😢
Menurut KBBI, kata lain dari akhlak adalah adab, dan Paman dalam berbagai konten sudah menunjukkan banyak dari kita sudah kehilangan adab….
Tentang membajak buku, ternyata masih jadi ladang bisnis bagi orang-orang tertentu ya, padahal banyak orang lebih senang membaca teks di internet daripada di kertas.
Buku masih menarik bagi sebagian orang, entah sampai kapan.
Jika menyangkut pembajakan, konten bacaan digital juga kena. Di grup WA kadang muncul versi PDF e-paper sejujlah koran. Yang ngeshare adalah orang yang yang gak terima kalo fotonya dibajak, dan dia merasa nyaman pajak aplikasi bajakan.
Buku asing version bajakaan dalamnya rupa digital jugalah dijualnya bebas di lapak lokapasar. Misalnya “Steal Like An Artist”.