Lagi-lagi saya telat tahu. Tadi di rumah, saya melihat ada kantong plastik berisi camilan, mereknya Sabena. Saya langsung teringat salah satu maskapai yang saya ketahui sejak SD, yakni Sabena, dari Belgia. Lalu saya berpikir apakah camilan stik berbahan utama jagung dan tepung ini dari Belgia? Ternyata tidak.
Saya mengetikkan “sabena” di Google. Semua hasilnya adalah penganan ini. Setelah saya menulis “sabena airlines” barulah muncul kapal terbang — Anda pasti sudah lama tak mendengar istilah “kapal terbang” karena kata “pesawat” tanpa “terbang” lebih ringkas.
Artinya, kasus ini menjukkan apa? Kesenjangan informasi. Saya sebagai boomer langsung teringat maskapai penerbangan, bukan camilan. Tetapi saya lupa, waktu bocah dulu saya melihat langsung pesawat Sabena di sebuah bandara ataukah dari gambar majalah luar negeri, atau malah kartu pos bergambar bandara? Apa boleh buat, ini soal usia dan daya ingat.
Jika menyangkut snacks, dan ternyata saya tidak tahu, itu juga karena usia ditambah jelajah lidah plus pengetahuan umum.
Saya kurang termutakhiri soal camilan yang terus beragam, sehingga saya sempat mengira sabena sebagai merek, maka tadi saya tulis dengan huruf pertama kapital, lalu menduga itu nama makanan ringan setelah melihat fon berbeda pada foto kemasan di lokapasar.
Meskipun demikian, dalam perkara sabena saya tak menyesali ketidaktahuan saya. Saya yakin saya tak sendirian. Orang lain yang lebih muda juga ada yang belum tahu.
¬ Foto kapal terbang: Aviation24.be
2 Comments
Saya lebih telat tahu (bukan tempe) banget : baru tahu ada penganan maupun maspakai penerbangan Sabena gaea-gara konten Paman ini….
Karena bahasa alat kesadaran, maka nama apapun di luar nama orang terus bertambah. Otak kita kewalahan.