O, Sinyo Dandy

Kesalahan Mario Dandy Satriyo di mata publik jadi berlipat karena persepsi terhadapnya kadung butek, antara lain karena dia anak pejabat kaya.

▒ Lama baca < 1 menit

Mario Dandy Satriyo yang menganiaya remaja bawah umur

Kamsi dan Jeng Menur Ut bersemangat membahas Mario Dandy Satriyo. “Mbak Kamsi liat gaya itu anak di kantor polisi? Kayak nggak ngerasa bersalah! Kenapa bisa ya?” tanya Menur.

Kamsi menyahut, “Kalo liat video dia menghajar David, terus video dia belagu pamer kekayaan bapaknya, ditambah bahasa tubuh dia di kantor polisi, ekspresinya itu lho, uh! Kayak marah, nggak terima ditahan! Sebel aku! Namanya Satriyo kok nggak jadi satria!”

“Mungkin akhirnya damai nggak, Oom?” Menur menanya Kamso.

“Mestinya nggaklah,” jawab Kamso.

“Jadi arah kasus ini ke mana, Mas?” tanya Kamsi.

“Ya ke pengadilan, apalagi kondisi korban berat, sampe koma.”

“Mestinya dibikin kapok dan insaf itu anak. Eh siapa, Dandy atau Mario itu!”

“Bener Mbak! Biar nggak mentang-mentang!” Menur menimpali.

“Ya kan, Mas?” tanya Kamsi.

“Polisi sama jaksa nanti kan ngeliat kasus penganiayaan, bukan soal kelakuan si Dandy atau Mario itu di luar peristiwa, gitu juga posisi bapaknya sebagai pejabat pajak yang tajir. Sialnya itu anak kenapa nggak bercita positif di mata publik. Semua orang antipati. Persepsi publik kadung negatif.”

“Bukan sialnya, Oom. Tapi soalnya,” sergah Menur.

¬ Gambar praolah: Merdeka. com, Unsplash.com

Tinggalkan Balasan