Bu Ani Dadar saat mengirimkan tongseng sapi mengadu kepada Kamsi, “Kalo akun medsos dibuka, berarti orang boleh liat kan? Tuh si Desi ngatain aku, ‘Mama suka stalking!'”
Bu Ani punya tiga anak. Si sulung, Doni, sudah menikah. Adiknya, Sinta, tahun ini menikah. Desi masih gonta-ganti pacar. Nah, Bu Ani bukan cuma suka memantau akun Facebook, Instagram, dan Twitter anak-anaknya, tetapi akun medsos pacar anaknya, bahkan orang tua pacar anaknya terutama di FB.
“Doni waktu belum nikah cuma negur aku, tapi nggak cerewet. Kalo dua adiknya nggak terima, protes mulu, mamanya dibilang jadi reporter infotenmen!” ibu itu mengeluh.
Sinta pernah marah setelah tahu ibunya menanya calon besan, “Mana nih oleh-oleh dari Jepang?”
Desi malu bukan buatan setelah ibunya menanya Robi, pacarnya, “Papa bolak-balik ke IKN ya? Entar pindah sana?”
Kamsi menanggapi, akun medsos yang dibuka memang boleh dilihat. Dia pun melakukan hal yang sama, “Tapi nggak sampe nanya langsung. Nggak enaklah, kecuali sama akun anak-anakku, Witty sama Litty.”
“Kalo Oom gimana?” tanya Bu Ani kepada Kamso.
Kamso bilang, “Saya nggak pernah ngintip akun anak-anak saya, Bu — apalagi akun temannya. Di Linkedin juga nggak. Biarlah setiap orang di keluarga saya punya ruang kehidupan di luar rumah secara virtual maupun nyata.”
Kamsi menyergah, “Dia memang aneh, Bu. Nengok FB-ku juga nggak pernah apalagi setelah dia cabut dari sana. Dia bikin status di WA juga ogah.”
¬ Gambar praolah: Freepik — wayhomestudio
4 Comments
Ahahaha kok deg-deg-an ya. Apakah nanti saat anak saya sudah dewasa atau setidaknya sudah megang socmed-nya sendiri, saya juga akan stalking begitu. 😂
Mmmmm setiap keluarga itu otentik, kan?
Saya belum pernah bikin status di WA, dan jarang banget cek status WA orang lain. Sesekali saya nengok FB dan IG dua anak dan dua menantu, tapi mereka sendiri jarang posting foto maupun komentar — malah lebih mempeng saya.😁
Hahaha begitulah, beda orang beda cara merayakan kehidupan 😇