Saya iseng mencari tahu di lokapasar, berapa harga keran air yang cucuknya agak panjang sehingga lebih kencang terikat jika terhubung ke selang. Keran yang saya miliki bercucuk pendek, meskipun selang sudah saya ikat dengan klem tetap bisa terlepas.
Eh, saya malah menemukan keran yang bisa digembok. Mungkin barang ini sudah lama ada, tetapi saya baru tahu sekarang. Harganya Rp72.000.
Singkat kata, keran ini untuk mencegah pengambilan air oleh “pihak lain yang tidak diinginkan”.
Dalam sikon tertentu, di lingkungan tertentu, mengunci keran air di luar rumah bisa dianggap asosial. Saat tetangga kesulitan air kok ada warga yang berlimpah air sumur pompa untuk mencuci mobil dan menyirami taman.
Lalu saya pun teringat warung tenda di kaki lima yang buka malam hari.
Saya pernah mencari tahu dari mana mereka mendapatkan air dan listrik. Untuk listrik ada yang dari pemilik rumah dan toko, satpam kantor terdekat, atau ada koordinator penyedia setrum entah di mana sumbernya, pokoknya ada kabel panjang yang diulur malam hari untuk setiap tenda. Tetapi itu dulu sebelum ada listrik prabayar.
Kalau air melalui selang, bukan beli dari gerobak maupun galon isi ulang, untuk memasak dan cuci piring? Ada yang dari rumah terdekat, ada yang dari kantor terdekat via satpam. Kadang pemilik lapak tak mengulur selang panjang tetapi menggunakan selang pendek untuk memasukkan air ke jeriken atau ember.
Di kawasan sulit air bersih bagaimana? Tempo hari Kompas menginvestigasi mafia air PDAM di Jakarta. Saya berprasangka, tetapi semoga salah, sebagian air jualan yang diangkut gerobak itu dari bandar air ilegal.
3 Comments
Wah, saya juga baru tahu ada keran air bisa digembok.
Tentang keran air di luar rumah, saya lama enggak melihat/menemukan — baik di lingkungan saya maupun di tempat-tempat lain.
Mungkin maksudnya Lik Jun keran di luar pagar, bukannya di luar rumah ๐
Iya, di luar pagar rumah.๐