Rumah masa depan adalah kuburan, tapi sejak kapan?

Saya tahu rumah masa depan dalam arti lain dari kernet bus kota. Saat itu TVRI punya serial Rumah Masa Depan.

▒ Lama baca < 1 menit

Rumah masa depan di TPU Gempol, Karangalit, Salatiga

Sudah lama banget saya tak menengok makam Mbah Putri dan Budhe di Salatiga. Mereka meninggal sebelum Bapak dan Ibu kembali ke Yogyakarta. Lalu adik saya mengirimkan foto terbaru via WhatsApp tentang makam itu, sepulang dari sana, kemarin.

Randu alas Rumah masa depan di TPU Gempol, Karangalit, Salatiga

Saat menerima foto pertama, saya bertanya bukannya dulu ada pohon besar di atas makam. Lalu menyusullah foto dengan pohon besar (randu alas?). Pada barang pohon ada papan nama “rumah masa depan” dan “Gempol Asri”.

Saya baru tahu nama kober itu adalah TPU Gempol. Dahulu saya tak tahu namanya, hanya tahu lokasinya di Karangalit.

Hal yang lebih menarik bagi saya adalah tulisan rumah masa depan. Istilah itu berarti kuburan. Saya tahu pada 1980-an dari kernet bus kota Yogya saat menyebutkan titik turun penumpang.

Saat itu TVRI, sebagai jaringan stasiun tunggal, menyiarkannya serial sinetron Rumah Masa Depan (RMD; Ali Shahab). Saya lebih dahulu tahu sinetron minggu siang itu ketimbang sebutan untuk kuburan.

Saya jarang menonton RMD namun sejak dahulu ingat lagu temanya. Kalau tak salah itu gubahan Darwin B. Rachman (CMIIW), yang bersama Fariz R.M. dan Iwan Madjid membentuk Wow! — di YouTube ada beberapa versi cover termasuk dengan gitar. Sayang keterangan dalam Wikipedia Indonesia tentang band itu amat minim. Begitu pula band Fariz lainnya, misalnya Symphony.

View this post on Instagram

A post shared by Darwin Rachman (@rachmandarwin)

Tinggalkan Balasan