Di meja kerja pemilik warung saya lihat ada tas keresek cap Sieger. Saya langsung teringat barang sejenis cap Tiger. Di toko plastik, sebagian pembeli biasa menyebut “ti-ger” dalam lafal Indonesia namun umumnya pembeli tak perli merek.
Siapa meniru siapa entahlah. Nanti setelah jadi perkara hukum akan terlihat siapa yang lebih dahulu ada. Tiger terbikin oleh PT Bangun Jaya Plastik, Bekasi. Sedangkan siapa produsen Sieger saya belum menemukannya.
Lalu? Dari dua gambar macan itu ekspresi siapa yang lebih garang menurut Anda? Tentu ekspresi tak berhubungan dengan kwalitet.
Pertanyaan saya dan banyak orang adalah kenapa ada produsen suka memiripkan merek produknya dengan merek lain yang tenar. Dalam sengketa merek biasanya soal itikad juga dipersoalkan.
Saya belum tahu apalah bakpia Pathuk 75, Yogyakarta, ketika masih memakai logo lama pernah menyoal atau malah disoal oleh beberapa tetangganya yang logonya mirip, namun dengan angka berbeda. Untuk riwayat bakpia 75 sila lihat Suara Jogja.
dilempar tas palsu: cinta itu buta? bisa lihat tas KW dan asli kok!http://t.co/wwZQaaznic
awesome punchline.. 😁 pic.twitter.com/bhxcEdEORH
— Lex dePraxis | Follow IG for LIVEVIDEO+STORIES! (@lexdepraxis) August 27, 2014
2 Comments
Apakah cara tersebut di atas termasuk strategi me too/me too product?
BTW bahan dasar trail tua hitam saya adalah Honda Tiger, bukan Honda Sieger. 😁
Beda. Me too product itu ikut ayam geprek tanpa faktor pembeda, cuma beda jenama, beda logo.
Salam untuk trail hasta karya 💐