Di warung seberang jalan itu tampak spanduk bertuliskan “kateuneung” — bahasa Sunda, kalau katineung setahu saya berarti terkenang-kenang, kangen, ngangenin. Namun yang menarik saya adalah tulisan “betsun”. Itu akronim Betawi Sunda. Maka lamunan saya pun ke mana-mana.
Saya ingat ada warung makan janda (Jawa Sunda). Saya juga teringat istilah perancis, singkatan peranakan Cina Serui, yang saya dengar pertama kali, abad lalu, dari Yorrys Raweyai untuk mencandakan latar campuran etnisitas dirinya.
Percampuran budaya ada di mana-mana. Selain karena pergaulan dan perkawinan lintas etnis, hasil akulturasi yang paling mudah kita kenali, tetapi sering tak kita pedulikan sejarahnya, adalah makanan. Aneka resep mi sampai bestik Solo adalah hasil belanga interkultural.
Maka saya heran, dan kadang kesal, kalau ada pihak yang meniupkan prasangka rasial, seolah penghasutnya asing dengan keberagaman Indonesia. Suka bakso dan sering bilang seceng tetapi meneriakkan semangat anti-Cina. Sering menyebutkan kata fulus dan kata lain dari bahasa Arab, apalagi jika merujuk tata istilah dalam agama, tetapi kaum penggosok menyerang keturunan Yaman.
Artinya kita ini bangsa dengan kepribadian terbelah: asing dengan sosok sendiri sebagai orang Indonesia sekaligus tak dapat menerima identitas diri secara utuh. Misalnya setiap orang melakukan uji DNA ras pun saya berprasangka kalau dasarnya rasis ya setelah tahu hasilnya juga tetap rasis. Najwa Shihab berdarah Arab tapi tak sepenuhnya. Kalau tak suka dia jangan membawa ras — untunglah setahu saya hingga kini belum ada. Tentang proyek uji DNA Najwa dan lainnya, yang diselenggarakan Historia dan didanai Djarum, sila lihat sampel arsip ini.
Anies Baswedan? Entah apa saja unsur genetik dalam dirinya, tetapi saya tak suka jika orang menyerang dia karena ras. Sama tak sukanya dengan orang mencinakan Jokowi. Misalnya Jokowi memang berunsurkan darah Cina, seperti Gus Dur yang bermarga Tan, saya tak suka jika hal itu menjadi ramuan penyalur kebencian. Saya tak suka jika orang menyerang Riziq Shihab karena darah Arabnya.
Tadi malam setelah memotret spanduk betsun ada dua hal menarik. Ketika saya mencari aneka resep masakan betsun, di Cookpad ada hasil dengan bonus pertanyaan dari mesin apakah saya mencari kata vetsin. Mungkin istilah kuliner betsun belum sepenuhnya diakui oleh situs resep masakan itu.
Pun bertaut dengan kata “bet”, tadi malam saya baca ada spam dari judi daring Bet88. Entahlah judi yang ini di bawah konsorsium apa dan siapa.
4 Comments
Bestik Solo, maksudnya selat Solo?😁
Tentang prasangka rasial, semoga nanti tak membikin cebong versus kampret versi baru.
Ada yang bilang bestik Solo ada yang bilang selat Solo. Tapi kayaknya kok beda wujud ya, Lik Jun?
Memang beda, ada selat Solo dan ada pula bestik/bistik Solo. Tentang perbedaannya, kudu tanya istri saya, tapi ini dia sudah tidur.😁
Tapi kayaknya kalau bestik tidak pakai moster/mayones sedangkan selat pakai. Kuah bestik lebih banyak.
Menu selat Solo ada selat bestik (dagingnya daging sapi dipotong-potong), selat lidah (dagingnya lidah sapi), dan selat galantin (dagingnya sapi atau ayam yang dicacah dan digulung seperti lontong kemudian dipotong-potong).
Menu bestik ada bestik daging sapi/ayam, dan lidah sapi.
Oh iya cara memasak beda. Bestik dimasak pakai wajan seperti bakmi kuah sehingga lebih cocok dimakan panas/anget, sedangkan selat berupa racikan/ditata dipiring, dan bukan menu panas. Karena itulah kebanyakan kedai bestik buka malam, sedangkan kedai selat buka pagi sampai sore atau petang.
Istri saya, meski menjual selat (termasuk selat lidah), malam-malam sering minta dibelikan bestik lidah ke kedai bestik.😁
Waaaaaa ini lidah 👍💐