Sepeda motor dan kekusutan lalu lintas kita

Aneh, ada yang bilang kalau ingin lalu lintas beradab jangan hidup di Indonesia. Lha kapan kita bisa maju?

▒ Lama baca 2 menit

Motor tertabrak mobil di jalan lurus

Lebih dari sekali saya mendengar, lewat jalan tol lebih aman karena tak bersua sepeda motor.

Padahal di jalan tol mobil lebih kencang dan yang ngawur pun ada saja. Misalnya zig-zag memotong mobil lain. Kadang ada tambahan penyebab, di lajur kanan ada mobil pelan. Belum lagi penyerobot bahu jalan yang tiba-tiba pindah jalur ke kanan karena di depan ada polisi.

Takkan ada habisnya membahas itu semua. Dan kini saya menambahkan yang tiada habis, kenapa ada pemotor yang tak peduli keselamatan diri saat pandangannya terhalang, di tikungan maupun jalan lurus?

Halah, mobil juga kok. Baiklah. Tetapi saya membahas motor dulu ya. Dan saya sekalian saya minta maaf telah memasang video tak menyenangkan entah di mana kejadiannya. Saya menyematkan cuitan di Twitter itu dengan pengandaian itu belum tentu kecelakaan maut, salah satu korban masih mampu segera bangkit. Maafkan saya jika ada info mutakhir bahwa itu kecelakaan maut.

Catatan saya tentang motor yang sering saya lihat antara lain:

  • Cenderung mengisi setiap celah — mungkin alasannya, keunggulan motor itu tak makan tempat jadi harus dimanfaatkan
  • Di lampu merah bisa berhenti di sisi kiri mobil, kemudian saat lampu hijau tiba-tiba memotong ke kanan — padahal mobil di kanan kita juga sedang maju, sehingga dua mobil jadi kagok
  • Cenderung malas berhenti untuk menurunkan kaki — boleh jadi prinsip si pemotor adalah kaki hanya turun setiba di tujuan
  • Ada saja pemotor sekeluar dari gang atau suatu area langsung memotong jalan, tak peduli situasi, termasuk jika pandangannya terhalang mobil dan bangunan serta spanduk vertikal dan gerumbul tanaman

Adapun kesalahan sebagian mobil umumnya tak peduli jalan yang mengarah jalan raya dan kemungkinan ada motor keluar.

Prinsip pemotor menyusup ke setiap celah itu membahayakan orang lain. Saudara saya seturun dari angkot, yang berhenti di pinggir jalan, dengan lampu sen, langsung disambar motor yang menerobos sisi kiri angkot. Korban patah kakinya, sepulang dari hari pertama kerja setelah cuti melahirkan.

Motor tiba-tiba nongol dari gang? Saya sering mengalami.

Untunglah mobil saya pelan. Pernah saya diajak ribut oleh mobil belakang, dengan memepet saya dari belakang kemudian samping, karena dia kesal: saya sudah memberikan jalan baginya untuk mendahului namun tiba-tiba saya bergeser ke kanan.

Mobil belakang tak melihat penyebabnya: ada motor seperti melompat dari gang sempit terapit tembok, pengemudi dan pemboncengnya terus tertawa-tawa, untunglah saya sempat menghindar.

Motor melompat keluar dari lorong telah menewaskan keponakan saya saat dia SMA. Dia sebagai pemilik motor menjadi pembonceng, kawannya menjadi pengemudi. Sebuah bus melintas. Keponakan saya meninggal dunia di tempat tersebab cedera kepala. Nyawa si pengemudi motor tertolong.

Motor tetap bablas di samping kiri mobil padahal saya sudah memberi sen belok kiri? Hampir rutin.

Salah satu kejadian membuat mobil saya penyok terkena dengkul si pembonceng motor yang terus memainkan ponsel sementara pengemudi cuek saja. Kedua cewek di atas motor sonder pelat nomor itu tetap tertawa-tawa. Mobil saya amat sangat pelan karena memasuki gerbang parkiran berpalang.

Pak Ogah hampir ditabrak motor padahal semua kendaraan dari arah dia harus berhenti, bergantian dengan kendaraan dari dua tiga arah lain?

Teramat sering saya jumpai. Tampaknya prinsip pemotor harus memanfaatkan celah dan pantang berhenti untuk menurunkan kaki dipraktikkan bareng.

Lalu di mana masalahnya? Saya bingung menjawab.

Apakah karena kendaraan terlalu banyak melebihi daya dukungan jalan, adab pengendara belum sampai, ataukah hal lain yang berhubungan dengan perkara gaib, entahlah.

Saya tak habis pikir dengan perkataan, “Kalo mau lalu lintas tertib jangan hidup di Indonesia.”

Ehm, masa mau meniru negeri lain cuma di gaya busana dan gawai?

¬ Foto rambu: TMC Polda Metro Jaya

Tinggalkan Balasan