Mereknya embuh pokoknya nama toko

Kita sudah terbiasa dengan barang cap Indomaret, Alfamart, dan Superindo. Nama toko jadi jaminan?

▒ Lama baca < 1 menit

Tentang private label dan house brand

Saya pernah mendengar percakapan suami istri di depan rak supermarket. Istri katakan, “Udah ini aja, Pa. Lebih murah, pake nama toko. Berarti bikinan dia. Nggak mungkin abal-abal.”

Saya teringat percakapan itu saat membaca katalog minimarket, ada halaman private label. Artinya barang jualan dengan merek nama toko padahal si merek produk termaksud itu bukan bisnis utama si toko . Yang bikin sih perusahaan pemasok.

Soal mèrèké dhèwèk itu kita sebagai konsumen sudah terbiasa. Ada saja produknya, dari tusuk gigi sampai beras dalam kemasan.

Tusuk gigi cap Alfamart

Lalu apa perbedaan private label dan house brand? Biarlah para pemain jagat pemasaran, dan praktisi komunikasi pemasaran, yang menjelaskan.

Saya tak ingat siapa pelopor merek sendiri di Indonesia untuk fast-moving consumer goods atau barang untuk konsumen yang cepat laku. Apakah Hero?

Kecap entah merek apa dengan stiker Nasi Uduk Fanani

Tentu muncul pertanyaan, apakah barang yang tak dijual terpisah, misalnya gula sasetan kedai kopi, saus tomat dan sambal kedai cepat saji, serta kecap di warung nasi uduk, itu termasuk private label maupun house brand?

Saset gula Maxx Coffee

Semua produk itu adalah komplemen alias gratis sebagai sertaan. Bahwa telah dihitung dalam pos biaya, sehingga konsumen yang tak memanfaatkan pun ikut membiayai konsumen lain yang mengambilnya, bahkan secara rakus seperti di KFC sebelum menerapkan saset, itu soal lain.

Dahulu ketika rekaman fisik untuk musik masih berjaya, di mata konsumen kaset dan CD Aquarius Musikindo dan toko khusus kaset CD Aquarius adalah kebun yang berbeda, padahal juragannya sama.

Sedangkan untuk Demajors sebagai label dan gerai, konsumen tahu itu sepaket. Demajors adalah musik, dan gerainya adalah saluran penjualan. Kalau label Aksara Records dan toko buku Aksara? Demikian pula penerbit Gramedia Pustaka Utama dan toko buku Gramedia, serta (dahulu) penerbit Gunung Agung dan toko buku Gunung Agung? Bukan kapasitas saya untuk membahasnya. Saya hanya tahu PT-nya berbeda, logonya juga, tetapi induknya sama.

Lalu ketika KFC Indonesia juga menjadi label musik dan distribustornya, padahal ayam goreng dan rekaman musik tak ada hubungannya? Silakan Anda yang membahasnya.

Kembali ke produk toko atau resto, tetapi tanpa merek adalah anggur. Ada house white dan house red, yang secara umum disebut house wine.

NPL: Ambil sambal dengan bumbu loba kalap (2013)

Kecap Fanani Kebonkacang

NPL: CD cap KFC (2016)

2 Comments

junianto Sabtu 22 Oktober 2022 ~ 15.20 Reply

Kalau di Lotte Mart, kayaknya private label-nya pakai merek Save L dan Choice L.

Pemilik Blog Sabtu 22 Oktober 2022 ~ 19.34 Reply

Yang saya ingat Choice L. Ada pula Choice L Prime.

Tinggalkan Balasan