Bukan saya yang berburu semut merah galak ini melainkan orang lain yang tak saya kenal. Kebetulan pada siang yang panas tadi saya bersua dia, berjalan kaki memanggul galah dengan kantong kecokelatan di ujung depan. Saya bertanya itu apa, dia jawab, “Semut merah, Pak!”
Karena penasaran saya pun mendekati kantong. Oh, banyak semut merah. Terbayang rasa tersiksa yang saya alami, beberapa kali dikerubuti semut merah. Sang pemburu sih sudah terbiasa. Itu risiko pekerjaan.
Tampaknya ini semut merah besar yang biasa disebut rangrang atau kerangga. Ukuran tubuhnya lebih besar dari semut merah penyerang saya. Gigitannya panas dan galak. Cara mengatasi bekas gigitan semut merah sila lihat Halodoc dan Klikdokter.
Menurut sang pemburu semut yang memanen dari pohon ke pohon, “Ini pesanan orang, Pak. Buat pakan burung.”
Saya lupa dia menjawab berapa harganya. Setahu saya para pemiara burung dan ikan memanfaatkan telurnya (kroto). Jadi mungkin saja hasil buruan ini untuk budidaya. Kalau rangrang sampai habis karena ditangkapi pasti keseimbangan ekologis terganggu. Tetapi jika semut merah apapun terlalu banyak dan mengganggu, itu pertanda lingkungan sedang tak beres. Amerika (¬ PubMed) dan Australia (¬ Invasive Australia) pernah mengalami.
Saat memotret dari dekat ada semut yang jatuh di kaki saya, bahkan ada yang tiba-tiba menghinggapi tangan saya dan langsung menyerang.