Foto keranjang ayam di Kompas itu menarik saat saya membaca berita hasil penggerebekan tempat perjudian, dan pencokokan tersangka penjudi, di Mapolda Jateng, Semarang.
Sudah lama, likuran atau malah puluhan tahun, saya tak melihat pria berjalan menenteng (atau mengempit?) keranjang ayam jago. Hanya ayam aduan yang dibawa dengan keranjang khusus, hasil penganyaman bambu, rotan, dan kini plastik.
Saat mendeprok dalam keranjang, kepala ayam terjulur keluar, begitu pula ekornya. Tentu tak ada kloset maupun lubang buang dalam keranjang, sehingga misalnya si jago sedang diare maka têmbêlèk léncung akan menemani perjalanan.
Lapak daring di lokapasar, yang ternyata menjualnya, menyebut keranjang ayam jago ini kiso dan kisa (¬ KBBI). Keduanya dalam bahasa Jawa dilafalkan dengan “o” seperti pada Antyo dan Joko atau Harto.
Saya antara lupa dan ingat, dahulu pernah melihat foto peragaan busana dengan elemen kisa.
2 Comments
Dahulu kala ada beberapa tempat untuk adu jago di lingkungan saya. Sudah lama enggak ada lagi, karena orang-orangnya takut ditangkap polisi dan kemudian kena pasal 303.
Nah. Sebenarnya kayak cerita obrolan Kamso, judi ginian sesak dulu mudah diendus di tingkat Polsek