Inilah riwayat hidupku

Formulir curriculum vitae masih dijual di lapak daring. Siapa yang beli, untuk melamar ke mana?

▒ Lama baca 2 menit

Formulir daftar riwayat hidup masih dijual dijual di lapak online

Di SMP dahulu saya diajari surat menyurat formal, tetapi ada satu hal yang tak diberikan oleh Bu Guru, yaitu riwayat hidup. Begitu picik dan naifnya saya sehingga saat semester kedua kuliah saya melamar pekerjaan dengan membuat lampiran riwayat hidup yang saya tulisi seperti tugas mengarang. Nama saya Antyo, kelahiran tanggal-bulan-tahun, SD di anu, dan seterusnya, sekarang kuliah di universitas anu.

Kalau saya bayangkan, betapa geli atau jengkelnya si pembaca lamaran, dan semoga misalnya dia membaca posting ini dia sudah tak ingat nama saya dan terlebih riwayat hidup ringkas dalam bentuk paragraf.

Kenapa saya bisa sepekok itu? Selain kurang wawasan juga karena meniru teman saya membuat lamaran. Langsung saya tulis tangan, karena ajakan dia di kamar pondokannya. Saya tanya tentang riwayat hidup, dia contohkan miliknya yang sudah akan masuk amplop. Artinya, si perekrut mendapatkan dua surat lamaran pekok.*

Untunglah teman saya mengingatkan, “Nggak usah pake judul selain Riwayat Hidup. Nggak usah nyentrik!”

Waktu itu saya menanya bagaimana jika riwayat hidup saya juduli “Aku Seorang Kapiten” atau “Aku ini si Gembala Sapi”?

Formulir daftar riwayat hidup masih dijual dijual di lapak online

Saya teringat pengalaman pekok itu setelah mengeklik iklan formulir daftar riwayat hidup. Kok masih ada? Begitu saya tadi membatin. Ada kop Garuda Pancasila pula, seperti dokumen negara.

Kini surat lamaran via email. Memang ada sih yang langsung datang, antre, dan diwawancarai. Lamaran via email bisa disertai profil diri visual dan portofolio berupa PDF, laman web interaktif, dan videografik. Tautan ke Linkedin juga ada. Selebihnya, perekrut yang berminat tinggal menggenapi info dari internet, termasuk media sosial.

Kini kalau semua lamaran dengan kertas, bagaimana perekrut menyimpannya? Tidak usah. Perajang kertas (paper shredder) menjadi solusi. Berkas lamaran menjadi kawul. Atau manfaatkanlah perusahaan jasa pemusnah arsip — sila cari di Google.

Saya bayangkan, para pencari kerja adalah generasi digital, dari milenial (kelahiran 1981-1994) sampai barisan awal generasi Z (1995-2010). Perekrutnya? Paling tua dari gerbong terakhir generasi Y (1965-1980) yang juga sudah berkultur digital.

Lalu siapa pembeli formulir daftar riwayat hidup ini? Untuk melamar ke mana?

Pasti ada sektor yang masih membutuhkan itu. Surat lamaran hingga isian riwayat hidup ditulis tangan di atas kertas. Mungkin ruang isian pengalaman harus minimalistis tetapi jangan kosong.

Oh ya, sila cari foto daftar riwayat hidup caleg di KPU. Ada yang diisi tulisan tangan, ditempeli meterai.

¬ Profil caleg PDIP jadi lelucon (¬ Detik)

*) Setelah menyadari kepekokan, saya punya letterhead sendiri, sepaket dengan amplop, hasil sablonan dengan tinta PVC, kertas saya tik dengan mesin manual berpita film plastik merek Pelikan (Jerman), hasilnya sama dengan cetakan mesin tik elektronik yang saat itu disebut “mesin tik IBM”, padahal Xerox juga bikin.

4 Comments

junianto Jumat 5 Agustus 2022 ~ 22.19 Reply

Saya sangat geli, dan tertawa sendiri, membayangkan riwayat hidup versi Paman muda itu. Jiaaan, pekok tenan!🙈😂

Pemilik Blog Sabtu 6 Agustus 2022 ~ 01.51 Reply

Setiap orang pernah setidaknya sekali dalam hidupnya melakukan kepekokan 🙈🙊

Sandalian Jumat 5 Agustus 2022 ~ 16.25 Reply

Saya juga punya cerita tentang hal pekok yang saya lakukan saat melamar pekerjaan selepas sekolah, dahulu kala.

Tapi biarlah menjadi bahan cerita offline saja daripada tercatat sebagai arsip digital yang mungkin akan terbaca banyak orang =))

Pemilik Blog Jumat 5 Agustus 2022 ~ 17.10 Reply

Berarti saya punya teman 🤣🙈

Tinggalkan Balasan