Kulit saya tak berwarna terang. Sawo matang? Mungkin. Tapi bagian sawo yang mana, daging atau kulit? Kulit. Tepatnya kulit sawo yang melebihi matang, sudah lebam, atau รจmu dalam bahasa Jawa, kalau gelapnya rata disebut mendekat busuk. Jadi saya menyebut warna kulit saya adalah kulit sawo bosok. Tetapi ada orang yang lebih suka menyebut hitam.
Apa, kulit hitam? Kulit cokelat mungkin lebih tepat. Ah terserahlah. Pokoknya saya suka sawo (Manilkara zapota โ waktu saya kecil, katanya kayu sawo bagus untuk yoyo), selain nangka dan belimbing. Jeruk juga ding, termasuk di dalamnya jeruk bali.
Warna kulit ini memang bisa membingungkan. Kalau kuning langsat langsung bisa dibayangkan. Tetapi kalau sawo matang, beda orang beda persepsi. Entahlah dengan warna kulit manggis dan kulit salak untuk orang โ misalnya ada sebutan itu.
Teman saya, perempuan, berkulit terang Asiatik, bawaan kakek dan neneknya dari Tiongkok, orang bilang kulitnya putih. Dia juga mengakui, “Kulitku putih”. Termasuk matanya yang dia sebut segaris itu menjadikan dirinya eksotis. Tetapi dia tak suka pria berkulit seperti dirinya, putih, apalagi yang “Kaukasoid”*, karena menurutnya seperti sapi. Lho memangnya semua sapi putih?
Dia menyukai pria yang menurutnya berkulit tembaga. Saat dia belajar fotografi dia senang memotret pria tembaga pejal berotot, apalagi berkeringat. Bila perlu dengan trik, membuat peluh palsu. Seksi, katanya. Asal tidak bau apek, syaratnya. Bisa gemas dan bikin berdesir, lanjutnya.
Adakah kulit kuning tanpa atribut langsat? Tampaknya jarang disebut. Soal lain, beberapa “angels” di Twitter yang menawarkan jasa khusus dewasa sering mencantumkan identitas fisik selain ukuran mangkuk payudara adalah “skin white“, bukan “white skin“. Mungkin “skin white” termasuk warna baru, artinya putih kulit, tetapi kode CMYK maupun kode HTML-nya, berupa hex code dan RGB, entahlah. Skin white itu varian rentang warna selain cardinal red dan pink salmon, oh ya serta semoga sawo bosok.
*) Maaf, istilah Kaukasoid dan Mongoloid sebenarnya sudah tak laku, demikian pula Negroid, karena berbau stereotip rasial yang merendahkan
4 Comments
Gojekan saya dan beberapa kawan abad lalu :
“Wah mbake kae ayu tur putih ya.”
“Hooh, putih banget, koyo sapi.”
Ternyata, kaum wanita seperti kawan Paman pun gojekannya seperti itu, tentang pria, bukan sesama wanita.
Sapi!
๐๐
Yang ini tanpa sapi ๐:
“Wah mbake kae ayu tur putih ya.”
“Hooh, saking putihe, yen ngombe kopi ketok neng gulune.”
Lima tahun lalu masih saya dengar soal kopi kelihatan itu ๐คฃ