“Yok opo Mas, iku partai banteng membiarkan dua kadernya terkenal karena jadi buron? Lebih keren stiker truk, buronan morotuwek!”
“Husss… nama saya bukan Mas Iku maupun Mas Dani. Situ nanya atau suuzan sama PDIP? Sebaiknya langsung nanya ke mereka. Saya bukan orang partai.”
“Caranya?”
“Ya ke akun medsos partai. Kan ada adminnya.”
“Partai malu nggak sih kalo kadernya jadi tikus korup?”
“Partai apapun nggak punya rasa malu, bangga, senang, sedih. Yang punya perasaan tuh anggota dan apalagi pengurus partai.”
“Kira-kira pengurus partai ikut ngejar kader yang buron nggak ya?”
“Tugas satgas partai maupun organisasi sayap bukan itu. Lagian itu urusan penegak hukum.”
“Pernah nggak DPP mengimbau kader yang buron untuk nyerah aja?”
“Saya lupa eh nggak tau. Kalo seruan internal lewat jalur khusus mungkin ada, kita nggak tau dong.”
“Kan mestinya ketua partai bisa gitu. Buat apa punya karisma kata pendukungnya tapi nggak bisa ngontrol kader yang nggak bener, sampai jadi buron?”
“Nggak tau saya. Mungkin aja itu urusan remeh. Atau mereka udah nyewa detektif partikelir buat melacak tapi nggak diunbar buat publik.”
“Terus kapan mereka ditangkap? Harun kadung kabur ke luar negeri kabarnya. Kok punya duit buat merantau ya? Kalo Mardani kan udah dicekal?”
“Nggak tau! Saya bukan orang partai.”
¬ Gambar praolah: hak cipta belum diketahui
Keren banar ihh
— muhammad iman (@muhammsd1) November 5, 2019
2 Comments
Ada berita ini
https://nasional.kompas.com/read/2022/07/28/14124441/mardani-maming-menyerahkan-diri-ke-kpk
tapi tetap tidak menjawab pertayaan Paman dalam judul di atas.
Dia menyerah karena imbauan PBNU dan kritik keras terhadapnya dari para tokoh NU, bukan karena imbauan PDIP.
Padahal korupsi dia dilakukan sebelum jadi bendahara umum PBNU.