Jam masuk dan pulang kantor? Tak semua sektor bisa longgar…

Agar pegawai rajin dan produktif, dia harus bahagia: boleh mengatur sendiri jam kerjanya.

▒ Lama baca 2 menit

Jam masuk kantor di Jakarta akan ditata

Menurut Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Latif Usman, 54 persen kemacetan di Jakarta terpusat pada jam sibuk, pukul 06.00—09.00. Kemudian, pada jam pulang kantor di atas pukul 15.00. Lalu lintas lengang pukul 09.00—15.00 (¬ Kompas, 23/7/2022).

Maka sepekan setelah dilantik Latif mewacanakan pengaturan jam masuk kantor untuk membantu mengurangi kemacetan di Ibu Kota. Mungkinkah?

  • Tak semua sektor bisa, misalnya pabrik, supermarket, dan sekolah — untuk sekolah, guru harus masuk pagi, padahal mengajarnya pada hari tertentu agak siang
  • Sektor yang bisa adalah yang sebelum ada pandemi memang punya jam kerja luwes, bahkan karyawan bisa bekerja secara remote, misalnya jurnalis dan beberapa pos pekerjaan di industri kreatif

Dalam pengalaman saya dahulu, yang belum tentu dapat dan boleh ditiru, saya memiliki keleluasaan jam masuk dan pulang. Saya yang mengatur jam saya, namun jika ada rapat dan acara lain saya patuh untuk jam berapa pun. Bahkan misalnya rapat dimulai dengan jam karet dan mulur berkepanjangan, saya pun manut namun dengan bersungut-sungut.

Maka untuk menyiasati kemacetan saya melakukan…

  • Berangkat sebelum dan sesudah banyak orang berangkat kerja — pukul empat pagi tidak macet, berangkat di atas pukul delapan malam juga terjebak kemacetan
  • Pulang di sebelum dan sesudah banyak orang meninggalkan kantor — pukul dua belas sampai setengah tiga siang itu pas, begitu juga di atas pukul sepuluh malam

Untuk menyiasati kerepotan dan kelelahan akibat transportasi karena tak membawa mobil?

  • Sama seperti kedua poin utama di atas
  • Tidak pulang, atau tidur di sekitar kantor, jika perlu masuk Senin pulang ke rumah Jumat atau malah Sabtu
  • Tidak berangkat ke kantor, tetapi tetap bekerja dari jarak jauh, kecuali ada rapat dan janji dengan orang, yang penting produktif, hasilnya nyata, terlihat di dasbor sistem, dengan kualitas nggak malu-maluin, secara kuantitatif layak bahkan kadang melebihi target

Hanya jika bisa bekerja dengan bahagia maka seseorang akan produktif, bekerja dengan hati. Dia merasa ikut memiliki produk.

Misalnya sebuah kantor secara teoretis memungkinkan hal itu, apakah pasti bisa terwujud?

  • Pola macam di atas hanya bisa berlangsung di kantor yang menempati rumah tinggal atau kantor sendiri dengan gedung yang tidak cerdas, dengan pengaturan manual
  • Gedung tinggi perkantoran modern biasanya cerdas, listrik dan AC sentral mati sendiri, diatur oleh komputer, pada jam yang dianggap tak ada orang bekerja, kecuali sudah ada rencana lembur dari manajer kantor
  • Gedung tinggi, cerdas maupun belum, memang harus efisien terutama dalam konsumsi listrik, tak hanya lampu dan AC tetapi juga lift
  • Untuk kantor di rumah tinggal maupun gedung sendiri, ada tiga opsi supaya bisa masuk dan pulang dengan bebas, yaitu (1) ada penjaga atau penunggu, dan (2) kita memegang kunci masuk, serta (3) ada sejawat yang menginap di kantor

Apakah dengan keleluasaan itu pasti semua hal lancar? Belum tentu karena…

  • Saya pernah mengalami berkantor di sebuah gedung milik perusahaan sendiri, namun masih harus berhemat karena jejak krismon, sebelum pukul delapan pagi lift masih dimatikan
  • Karena dahulu masih muda, lift mati adalah hikmah, bisa menguji kebugaran, melalui tangga, dari lantai dasar ke lantai tiga (artinya empat lantai), kadang dengan berlari sambil menyalakan timer, catatan waktu saya torehkan pada kalender meja — tapi kemudian dokter melarang
  • Meskipun leluasa jadi doktor (mondok di kantor), ya harus tahu diri kalau AC sentral dimatikan, lalu untuk berhemat listrik ya pakai lampu meja, sampai dua bahkan pernah tiga, dan kipas angin

Apakah saya pernah mengalami gagal suai (maladjustment)? Baiklah, dengan malu saya akui…

Ada masa ketika minggu pertama ikut perusahaan baru, saya berkantor di sebuah gedung sewaan, saya tidak bisa masuk lebih pagi, sebelum pukul enam, karena OB, cleaning service , dan dua tiga early birds (orang lama) belum datang. Saya hanya bisa menggelesot di depan pintu kaca kantor berkamera CCTV.

Saya jengkel. Orang mau kerja kok dihalangi. Sebelumnya saya datang pukul lima juga begitu. Dihalangi.

Esoknya saya memutuskan berangkat setelah kantor berisi orang. Saya masuk pukul delapan malam kurang seperempat. Baru menyalahkan komputer sambil ngopi, OB datang, “Pak, kantornya mau ditutup. Ini sudah jam delapan.”

Lagi-lagi saya merasa dilarang bekerja. Namanya juga gagal suai.

Tentu misalnya boleh bekerja, saya juga tidak mau dikunci dari luar karena peturasan ada di luar pintu kaca, dan itu pun kalau malam dikunci. Bahkan ada kamar kecil yang pada jam kerja pun terkunci. Hanya para bos yang punya akses. OB bilang, di sana ada kamar mandinya.

2 Comments

Junianto Sabtu 23 Juli 2022 ~ 15.28 Reply

Ribet sangat ya, Paman. Enakan sekarang, ya? 😁

BTW, lima tahun kerja di Jakarta, 1998-2003, saat pergi ke kantor saya tidak pernah berurusan dengan kemacetan karena tinggal di mes yang berjarak hanya sekitar 200 meter dari kantor. 😬

Pemilik Blog Sabtu 23 Juli 2022 ~ 15.39 Reply

Setiap tahun jam keberangkatan harus maju dua sampai lima menit. Sohibnya Mr Wong di Pamulang, tampaknya ahli statistik yang bekerja di sektor keuangan, pernah menghitungnya

Tinggalkan Balasan