RKUHP? Emang nape?

Banyak orang tak paham RKUHP, padahal akan disahkan. Selain salah DPR, mungkin salah media juga.

▒ Lama baca < 1 menit

Banyak orang tak paham RKUHP, padahal akan disahkan

Pakde Klowor uring-uringan, “Itu kemarin orang rame debat RKUHP, eh hasil survei Litbang Kompas tuh 89,3 persen responden nggak tau rencana pengesahan RKUHP. Artinya, dari sepuluh orang, cuma satu yang tau. Piyé iki, Kam?”

“Terlalu banyak masalah, Pakde. Orang bingung,” jawab Kamso.

“Nah, dari yang tau rencana itu, ada 39 koma sekian persen, anggap aja 40 persen, nggak tau harus setuju atau nolak. Ini kesalahan di siapa selain di DPR yang suka diam-diam? Di media? Atau juga pembaca media?”

“Gini Pakde, tahun 2019 itu RKUHP mau disahkan karena banyak pro-kontra, antara lain pasal penghinaan kepala negara dan kontrasepsi, lantas Jokowi minta ditunda. Terus habis itu ada pandemi. Lalu sekarang bisa dibilang kita belum bebas dari pandemi, tapi masalah ekonomi tambah tebal, harga-harga naik, dari cabe sampai Pertamax Turbo…”

“Tapi berita seleb pamer harta masih laku. Berita artis selingkuh masih disukai. Berita soal RKUHP kayaknya nggak banyak ya…”

“Wah, itu perlu analis konten, Pakde. Membandingkan frekuensi pemberitaan soal RKUHP, Covid-19, minyak goreng, artis selingkuh, capres, pilpres. Itu baru di media berita, apapun format medianya. Belum lagi di media sosial…”

“Maksud saya itu!”

“Itu tadi dari sisi konten searah. Di medsos sebenarnya nggak searah, kan percakapan? Ngukurnya beda lagi. Tapi respon konsumen media termasuk TV kan hanya bisa diukur pake survei, mahal ongkosnya. Paling sip kalo media onlèn pada menyajikan trafik berita apa aja yang lalu.”

“Lha kalo gitu situ aja Kam yang bikin riset!”

“Saya nggak paham data. Saya ini apalah. Wong sing ora cetha. Pakde dan geng Pakde bikin ini aja, The Klowor Center atau Klowor Institute.”

“Situ mau gabung?”

“Maaf, nggak. Buat saya lebih menarik Pond’s Institute.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock

Tinggalkan Balasan