Karena rombong rokok di Cipete, Jaksel, ini tutup saya tak dapat menanya penjual ihwal riwayat kaki warungnya. Saya menduga, kaki rombong kayu mulanya tak sependek itu, biasanya 25-30 cm. Mungkin karena terendam genangan dangkal air hujan, keempat kaki itu akhirnya lapuk.
Lalu bagian yang lapuk diamputasi. Agar lantai rombong tak terendam air, dibuatkanlah kaki penyangga dari beton yang dicetak pada kaleng. Karena kurang tinggi juga, tampaknya tabung cetakan dinaikkan.
Saya tak tahu kenapa cetakan tak menggunakan pipa PVC — bisa beremerek Pralon (akhirnya jadi nama benda) maupun lainnya seperti Rucika dan Alderon — berdiameter delapan inci atau lebih. Apakah karena sulit beroleh potongan pendek sisa proyek?
Yang pasti solusi pemilik rombong ini sip. Jika badan orangnya kecil, lantai rombong bisa untuk ngeringkel tanpa tersusupi air. Anda pernah mencoba?
2 Comments
Mencoba ngeringkel? Halah.😁
Kalo buat saya gak cukup. Tapi duduk selonjor bisa.