Rumput bergoyang, belum tentu kambing doyan

Ketika angin pagi berembus lembut, rumput yang saya foto menjadi blur di pucuknya karena bergoyang. Maka sambil memotreti rumput liar yang tumbuh pada tembok pagar, saya pun melamun jauh.

Misalnya, apakah rumput ini termasuk gulma dalam arti mengganggu kesehatan Lee Kuan Yew saya pada pagar? Belakangan si tanaman tampak kurang sehat. Atau jangan-jangan, rumput ini bukan gulma, hanya pengganjal mata? Artinya hanya menganggu secara visual?

Barusan saya cari info soal rumput. Ada yang berjenis hias, ada yang liar. Nah, dari jenis yang liar, ternyata tak semua didoyani kambing dan sapi. Misalnya rumput ilalang dan rumput grinting. Namun setiap jenis rumput liar punya fungsi ekologis, bahkan ada yang untuk obat herbal, misalnya rumput teki (¬ Disperkimta Buleleng).

Ketika ingat rumput yang bergoyang dan ternak, saya pun teringat Kardjo AC/DC, Paimo, dan Joni Gudel, dari Srimulat angkatan lawas. Ketika salah seorang bilang bertanyalah kepada rumput yang bergoyang, yang lain bertanya, “Sapiné mangan apa?”

Oh, rumput yang bergoyang adalah dari Ebiet G. Ade dalam lagu “Berita Kepada Kawan” (Camelia II, 1979).

Tentang rumput dalam lagu, saya juga teringat Iwan Fals dalam “Sarjana Muda” (Sarjana Muda, 1981) : Berjalan seorang pria muda / Dengan jaket lusuh di pundaknya / Di sela bibir tampak mengering / Terselip sebatang rumput liar.

Romantisisme sebatang rumput liar di bibir mengingatkan saya kepada ilustrasi cerpen majalah remaja. Lalu di lebih dari satu klip video, saya lupa lagu apa saja, juga ada adegan pemuda menggigit, bukan mengunyah, sebatang rumput.

Salah satu kenangan saya tentang rumput liar adalah keisengan anak Kampung Jangkungan, Salatiga, di alun-alun. Ada anak yang iseng mengikat beberapa batang rumput liar. Saya belum lihat hasilnya tetapi ada yang bilang ada pemain sepak bola yang tersandung.

Tanaman Lee Kuan Yew, Bukit Soeharto, dan anggrek Bu Tien

Kang Maman nggak nyuri makanan Lee Kuan Yew