Sudah biasa jika ada benang layangan dan juga layangannya nyasar ke rumah kita. Saya pernah repot mengambilnya karena posisi layangan jatuh di dinding luar loteng tapi saya malas memakai tangga.
Kadang saya mendapatkan benang gelasan yang tajam tapi getas, kadang benang nilon. Benang gelasan itu berbahaya, bisa melukai pelintas yang berjalan kaki maupun bersepeda dan bermotor.
Tajam atau tidak, benang layangan dapat membahayakan penerbangan karena benang bisa masuk ke ruang baling-baling. Bukan hanya benang, karena batang bambu rangka layangan juga bisa merusak bilah kitiran kapal terbang.
UPDATE
foto serpihan bambu di mesin kiri PK-GFG ngerusak bilah fan blade pic.twitter.com/0D17JM5CYd— Aviatren (@aviatren) July 21, 2020
Tadi di teras cuci lantai atas saya bertemu benang lagi. Bersyukurlah masih ada anak-anak bermain layangan padahal tanah lapang dan lahan kosong kian terbatas. Tetapi anak sekarang lebih suka membeli layangan jadi. Benang juga beli jadi, maka tak ada lagi jari dan kuku anak berwarna merah atau hijau karena menggelasi benang sendiri tetapi guru di sekolah langsung memahami bahwa jejak bahan pewarna itu awet.
Kini lebih praktis pun ekonomis serbabeli ketimbang bikin layangan sendiri seperti kata lagu lawas anak-anak. Layanan putus benang dan hilang ya tinggal beli lagi.
Koes Plus juga punya lagu tentang layangan, ciptaan ayah mereka, Pak Koeswoyo.
¬ Infografik: Lokadata.id
3 Comments
Zaman saya masih anak sering juga nggelasi benang dan adu layang-layang meski saya tidak mahir ngulukke layangan.
Dahulu toko layangan dan benang gelasan terkenal di kota saya namanya Toko Ela. Sudah tutup sejak lama banget.
Nah,layak posting itu 👏👍
😁