Bukan pangling, face recognition salah tebak

Terhadap doxing, kita mendua, kadang menikmati sebagai infotainment.

▒ Lama baca < 1 menit

Alat face recognition atau pengenal wajah milik polisi bisa salah dan merugikan warga

“Kalo pengenal wajah salah ngenali orang, lalu diciduk, kan kasihan ya, Mas?” tanya Kamsi.

“Lha yes. Alat yang terus dikembangkan itu tetap bingung kalau identifikasinya susah lantaran gambar nggak tajam apalagi cuma dari satu sisi. Yang penting polisi harus minta maaf dan merehabilitasi korban salah tangkap. Kalau perlu kasih ganti rugi,” sahut Kamso.

“Napa sih harus ada alat itu?”

Kamso seperti biasa sok tahu. Intinya, alat macam itu perlu untuk melacak seseorang, dari pasfoto, foto di medsos, sampai tangkapan CCTV, atas nama mencegah dan membasmi kejahatan. “Tapi eksekusi hasil analisis nggak boleh sembarangan,” katanya.

Lalu dia contohkan, di Cina ada 560 juta kamera CCTV. Kira-kira satu kamera untuk mengawasi 2-3 orang. Soal privasi? Negara mengabaikan. George Orwell ketika bikin 1984, pada 1949, sudah membayangkan kamera mengawasi warga. Bung Besar mengawasi sampean. Big Brother is watching you.

“Iya ya, Mas. Sekarang di mana-mana CCTV. Di rumah kita juga, hihihi…”

“Yang jadi masalah kalo warga ikut jadi polisi, nyebarin wajah, lalu bikin identifikasi, lantas doxing. Ini nggak bener.”

“Iya, tega amat.”

“Soal doxing, kita mendua. Terhadap pihak yang nggak kita sukai, atau justru suka tapi kita penasaran, rasanya dapat inpotenmen. Misalnya data keuangan pramugari dan biaya operasi plastik dari bos gede, kayak dulu itu. Lebih serem lagi, berbekal doxing kita melakukan persekusi, minimal gangguan mirip teror berupa mesenin makanan dan barang secara COD buat keluarga target.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock, AFP, Netflix, Les’ Copaque Production

6 Comments

prajnamu Minggu 17 April 2022 ~ 01.49 Reply

Makin ngeri karena yang pake teknologi kayaknya lupa atau ga mau tahu, bahwa pemanfaatan teknologi ada etika juga…

Pemilik Blog Minggu 17 April 2022 ~ 05.08 Reply

Di medsos orang mudah terjangkiti gatal picu (trigger happy). Dalam kasus foto terduga dari pengenal wajah, misalnya polisi menerbitkan foto mestinya pakai penanda visual bahwa itu dari polisi, melalui akun resmi.

Bukankah mudah dipalsukan atas nama iseng? Lha kan bisa dilacak balik siapa yang pertama menyiarkan dan menggemakan versi asli maklumat palsu.

Zam Jumat 15 April 2022 ~ 16.18 Reply

co’lat punya alat, bukannya merasa terlindungi, malah ngeri.. 👀

soo, baksooo..

junianto Jumat 15 April 2022 ~ 12.24 Reply

Tiap hari nonton film bangsa detektif di televisi berbayar, hampir selalu ada adegan polisi menangkap tersangka penjahat, atau menemukan saksi peristiwa kejahatan, berkat peranti pengenal wajah.

Hampir selalu akurat. Tapi itu di film-film. 😁

Pemilik Blog Jumat 15 April 2022 ~ 12.28 Reply

Si alat butuh dukungan database. Di tempat terpencil yang tak pernah kontak dengan dunia luar, termasuk pemerintah, rekaman wajah warganya mungkin tak menghasilkan info lain atau… keliru info

Tinggalkan Balasan