“Miturut Mas Kam itu semua pertanda apa? Di Mandalika hujan deras. Malah ada petir. Padahal sudah pake pawang, kan?” tanya Pakde Suloyo.
“Ndak tau, Pakde. Namanya juga cuaca, kuasa alam. Manusia hanya berikhtiar,” sahut Kamso.
“Bener kata orang-orang di grup WA, itu memalukan!” kata Pakde dari telepon seberang sambil batuk kering blokèkan. Biasa, kalau emosi lagi naik jadi begitu.
“Tapi balapan tetap diteruskan to? Ada juaranya, si Oliveira, bukan BMKG. Kan yang penting balapannya?”
“Situ dari dulu selalu menyederhanakan masalah. Ini semua pertanda buruk bagi Indonesia! Bagi Jokowi yang ambisius itu!”
“Karena hujan dan petir? Lha di sirkuit apapun kan ada hujan? Kalo petir saya ndak tau. Tapi petir kan temannya hujan, Pakde.”
“Situ ndak mau belajar kawaskitan sih…”
“Belum nemu kursus online bersertifikat sih. Tapi Pakde juga pernah pake pawang hujan kan? Waktu punya gawe mantu dulu?”
“Tapi kan para tamu nggak liat, nggak tau. Lagian kan pawang saya koordinasi sama pawang lokal, soalnya dia orang luar.”
“Lho para pawang apa ndak punya grup WA, Pakde? Tapi tanpa WA kan biasanya saling kasih tau, permisi gitu? Kayak promotor konser itu lho. Eh, maaf, ini soal pawang apa Jokowi sih?”
¬ Gambar praolah: Shutterstock, Reuters
2 Comments
Pakde Suloyo punya kawaskitan?
Pakde Suloyo pembenci Jokowi yang, kata dia, ambisius itu?
Setiap orang berhak menyukai maupun membenci Jokowi. Bagi pemujanya, Jokowi sering benar dan tepat. Kalaupun salah, ya dimaklumi, dia manusia biasa. Bagi pembencinya, apapun yang dilakukan Jokowi pasti gak bener. Kalaupun ada yang bener, gak perlu diapresiasi, itu emang tugas dia.
Ya, serupa pembenihan maupun pemuja Anies. 🤣