Bukan hal baru. Banyak orang yang, meskipun tak berhak, gemar memakai aneka atribut kekuasaan. Versi paling ringan adalah dengan embel-embel “keluarga besar”. Jika itu stiker, si pemilik mobil menyatakan bahwa anggota keluarganya, bisa jauh bisa dekat, bekerja di sebuah lembaga.
Ya, itu setara dengan menggantungkan tanda pangkat taruna Akmil dan sebangsanya di spion tengah mobil. Padahal si pemilik hidup di kampus berasrama, tak mudah keluyuran. Setiap kali pergi mereka berseragam, sehingga harus menjaga sikap dan perilaku.
Salahkah membanggakan kekasih dan kerabat yang menjadi anggota suatu korps? Tidak. Tetapi rasa bangga tak usah dipamerkan berlebihan di jalan raya dan tempat umum. Bukankah media sosial sudah menyediakan ruang pamer?
Salahkah mendaku bagian dari suatu korps, setidaknya bagian dari “keluarga besar”? Ehm. Orang-orang berhak saja tak unjuk diri, kenapa yang tak berhak malah tak tahu diri.
Jika menyangkut pakaian anak, mungkin penjual dan pembeli menempatkan pakaian olahraga Paspampres setara cosplay dan merchandise superhero Marvel atau DC — terlepas dari berlisensi atau tidak.
Saya tak hendak membuat kajian sosiologis kenapa sebagian masyarakat kita gemar atribut militeristik resmi (bukan sekadar army look), keamanan dan keselamatan negara, serta birokrasi, padahal mereka tak berhak. Biarlah itu menjadi urusan para pakar.
Lencana, stiker, bahkan tanda jasa untuk PDU militer dan polisi pun dijual bebas, termasuk Satya Lancana jenis tertentu. Saya belum berminat membeli. Untuk jas, saya mau pasang emblem Pokijan, bukan Paman Donal karena sesama paman dilarang bersaing.
Saya hanya mau bikin aneka sertifikat sendiri, cukup memanfaatkan templates yang sudah ada dalam aplikasi pengolah kata sejak abad lalu. Eh, pakai aplikasi ponsel juga bisa ding. Saya cetak, lalu saya bingkai, dan saya gantungkan di tembok. Tetapi sertifikat vaksinasi Covid-19 takkan saya pasang karena tidak mengundang kekaguman.
Ijazah? Pasti. Saya akan memakai gelar doktorandus supaya kelihatan berbohong karena gelar itu sudah tak ada dalam ijazah sejak lama. Juga supaya kalau disingkat jadi Drs — alias di rumah saja. Kalau insinyur? Itu gelar profesi. Ijazah S1 Jokowi adalah untuk sarjana kehutanan.
3 Comments
Sekitar 2,5 tahun lalu Bapak Blontank bagi-bagi stiker berwarna hijau bertuliskan Keluarga Besar Hansip. Saya tempeli pelat nomor dua trail saya dengan stiker tersebut.
Hanya, penggunaan kata Hansip sebenarnya tidak tepat karena sudah lama bingits digantikan Linmas.
Wah tetap keren itu stiker 👍👍👍