You break it, you buy it. Aturan sepihak ini lumrah di toko pecah belah. Dagangan pecah, atau cuma retak, takkan laku. Repotnya kalau jarak antarrak dalam toko itu rapat, mana pembeli membawa ransel pula, eh masih menggandeng anak kecil bawa balon dengan gagang. Kopletlah risiko. Tapi toko di Cipete, Jaksel, ini tidak rapat jarak rak dan meja dagangan.
Apakah Anda pernah tanpa sengaja memecahkan barang toko, atau gelas milik kedai? Lalu Anda bayar berapa?
Eh, tiba-tiba saya penasaran apakah ada video pemilik toko ngeprank konsumen, dengan pengendali jarak jauh sengaja menjatuhkan barang dagangan.
6 Comments
Saya nggak pernah, Paman. Sebaliknya, konsumen kadang memecahkan gelas, atau hiasan keramik, di kedai istri saya. Biasanya dia minta ijol tapi sy nggak tahu angkanya.
Nah, menarik ini. Ada kisah dari pelaku usaha 🙏🍎
Calon konten blog.😬
Nah gitu, itu baru skoy, selalu punya bahan.
Kalo saya kan gombal, alias ndembik 🙈
😂
Lha yang konten ttg payung di cafe di Cipete itu juga menginspirasi sy ttg calon konten payung di kedai istri.
Bukan ttg cara meletakkan/menaruh tapi yg lain. Pokoknya.😁
Itu salah satu bukti Paman ini gombal tapi bukan mukiyo, apalagi ndembik, tapi gombal menginspirasi.😎
Halah. Ngécé.
🙈