Ehm, itu istilah istri saya untuk menyebut satu setel piring dan mangkuk ini. Piring dan mangkuknya Bapak. Orang lain boleh pakai barang yang cuma satu ini di rumah saya, tapi saya sejak dulu selalu memilih ini.
Saya suka ya karena… ya suka aja. Kalau harus ada alasan yang jelas, saya kurang menyukai alat makan melamin. Dulu di Auto Mall SCBD ada sup ikan enak, tapi wadahnya dari melamin yang dasarnya sudah gosong penuh goresan. Sayang. Agak mengganggu selera makan.
Lalu tentang piring dan mangkuk ini? Sudah berusia 29 tahun, sampai hari ini belum retak maupun cuil, dulu saya dapatkan sebagai bonus belanja di Matahari Pondokgede Asri — waktu itu sebutan Pondokgede Plaza belum menggejala.
Pada banyak keluarga tua, termasuk keluarga ibu saya dan nenek saya, alat makan porselen itu awet karena dijaga dengan hati-hati, maklumlah itu barang mahal pada zamannya. Heran juga saya, kenapa punya alat makan lawas yang bukan warisan.
3 Comments
Mug/gelas bapak adakah juga?
Yang ada punya anak. Kalo di kantor dulu ada cangkir kopi khusus saya dan water khusus saya. Diurus oleh OB.
Di Warkot dulu cangkir dan pisin diminta orang dapur dan tentu saya berikan. Setiap kali cabut dari suatu tempat kerja saya ogah bawa perlengkapan alat makan dan minum. Barang lain, termasuk yang msh dalam dus, juga saya hibahkan.