Kemarin, Selasa 22 Februari 2022, saya mengabaikan tanggal cantik. Tak peduli. Sampai kemudian penyiar Brava Radio, Jakarta, bilang hari itu banyak yang menikah. Setelah itu saya abai lagi, sampai pagi tadi membaca berita foto Kompas.
Sejak kapan tanggal cantik menjadi tanggal favorit untuk peristiwa penting atas pilihan sendiri, misalnya pernikahan, bahkan sampai ke nilai uang mahar? Saya tak tahu. Saya menduga sejak 1990-an saat calon pengantin sudah lebih didengar suaranya oleh orangtua. Berbeda zaman orangtuanya dulu yang cenderung lebih manut keluarga.
Akan tetapi cantik tak cantik tanggalnya, dulu waktu saya kecil hingga remaja di kota kecil, tanggal menikah dan resepsi bisa bareng, apalagi jika di rumah, bukan di gedung.
Dalam perjalanan waktu, tanggal akad nikah dan resepsi bisa beda. Untuk resepsi, tanggal pada Sabtu dan Minggu adalah prioritas. Di Jakarta, menjelang medio 1990-an, saya sempat mengalami datang ke kondangan malam di Balai Kartini langsung dari kantor. Tas saya titipkan tas di mobil teman di parkiran. Karena tahu sudah diundang, hari itu saya tak berkaus. Tetapi sebagian teman, terutama yang tak bermobil, masuk ruang resepsi dengan ransel dan tas kerja. Beberapa teman lain janjian dengan suami atau istrinya langsung bersua di gedung.
Selama dasawarsa itu, 1990, saya beberapa kali ke kondangan pada hari kerja — bahkan ada yang siang hari — dan di Balai Kartini tiga kali lebih. Pada awal 2000-an saya terakhir kali jagong manten pada hari kerja: sobat semasa SMA menikah, di Patra Jasa Office Tower, Jakarta.
Tanggal resepsi semakin memperhitungkan ketersediaan waktu tetamu terundang. Tanpa pandemi, pesan gedung untuk hari Rabu, pada tiga bulan sebelumnya, mungkin mudah. Mungkin lho. Entahlah apakah RSVP terjawab positif seratus persen.
Bagaimana dengan saya dulu? Pemilihan waktu nikah disesuaikan hari libur tahun ajaran baru sekolah karena calon istri saya adalah guru. Para keponakan masing-masing pihak juga sedang libur sekolah. Pemberkatan di gereja sekaligus pencatatan sipil pada hari Jumat. Resepsi? Minggu. Untuk memudahkan tetamu. Terutama yang datang dari luar kota.
Komposisi angka kami berdasarkan angka tahun tidak bisa menjadi angka cantik. Kecuali kami bisa masuk ke kapsul waktu, mundur ke tarikh tiga bulan setelah kelahiran Budi Utomo, yakni Agustus, sehingga bisa memilih tanggal 08-08-08. Sabtu Pon, 10 Rejeb 1838; atau 10 Rajab 1326 Hijriah. Halah.
¬ Gambar kalender: Laros.id
6 Comments
Tentang tgl cantik 22-02-2022, seorang wanita kenalan saya sejak lama memilihnya untuk tgl menikah dan resepsi, sdh booking tempat (resto skoy dan mahal) booking tukang foto dan tukang bidro, dll.
Ternyata, bbrp hari sebelum hari H, pemuka agamanya melarang menggelar resepsi krn covid menggila lagi….
Yah apa boleh buat. Tak semua hal bisa sesuai rencana kita 🙏
You can’t always get what you want, kata Mick Jagger dan kawan-kawan.
🙏🍎
Secara umum, bagi wong Jowo tidak perlu tanggal cantik, yang penting bukan tanggal2 yang masuk dalam samparwangke (kesandung mayat) dan taliwangke (tali mayat) alias hari2 sial/nahas yg hrs dihindari untuk punya gawe.
Dahulu kala Mbah Hadi kepala Museum Radyapustaka Solo ahli soal ini, banyak kliennya orang kaya dan pejabat. Belakangan dia terjerat kasus pencurian koleksi museum. Saya tidak tahu apakah pencurian itu dilakukan saat taliwangke/samparwangke atau bukan….
Hari pencurian mungkin pas hari bagus. Tapi serah terima bayaran pas hari nahas, nagadina mboten pas 🙈