Adakah yang istimewa dengan masker? Sebelum ada pandemi itu hal biasa. Tak hanya saat naik ojek, tanpa kita peduli kualitas maskernya, tapi juga saat kita flu dan berkumpul bersama orang lain misalnya di tempat kerja dan dalam angkutan umum.
Lalu datanglah Covid-19. Mulanya hanya sebagai kabar mancanegara, akhir 2019, tapi Covid-19 belum menjadi nama. Rasanya hal itu jauh, berjarak, tapi kita sadar bahwa sebagai gelombang dia akan menyapa negeri ini. Dan terjadi.
Akhirnya kita mengenal protokol kesehatan. Salah satunya adalah bermasker. Jika mau berjujur diri, semua orang tak nyaman bermasker. Seolah udara gratis menjadi semakin mewah karena kita tak leluasa bernapas.
Masker juga menutupi rias wanita, apalagi jika ditambah kacamata gelap dan lainnya, oh sebenarnya juga berlaku bagi pria karena masker dengan kacamata hitam dan topi akan berfungsi sesuai fitrahnya: sebagai topeng.
Demi kesehatan. Demi kepentingan bersama. Memang ada yang abai, mungkin mereka manusia kebal.
Tak layak mengeluh. Dokter dan paramedis selalu bermasker, dalam waktu lama, bahkan dalam vlog di media sosial tampak tangan mereka memucat warnanya karena terlalu lama lagi terlalu sering bersarung tangan.
Masker dan pengayaannya — dari desain, tali kuping, sampai keropok atau moncong penyela antara hidung, mulut, dan masker — memang mewarnai kehidupan kita. Bagian dari keseharian kita.
Kita sadar dan ingin suatu saat tak memerlukan masker lagi. Memang, skenario kenormalan baru menyebutkan masker masih akan kita butuhkan. Tapi rasa terkurung kepengapan itu tak bikin nyaman.
Hanya koruptor yang dietalasekan KPK yang bahagia dengan masker. Foto dirinya berompi jingga tak menampakkan wajah karena alingan masker. Foto-foto macam itu yang membuat istri, suami, anak, dan cucu mereka nyaman sampai-sampai kelak.
2 Comments
Saya masih tertib pake master — termasuk saat menerima makanan dari driver GoFood/GrabFood, atau menerima bungkusan pakaian bersih dari Mas Londri seberang rumah.
Tapi ternyata kadang tanpa sadar abai juga. Semisal saat berfoto bersama kawan2 dengan sepasang mempelai saat jagong manten, saya ikut-ikutan melepas masker 🙈 meski hanya beberapa saat.
Asalkan cuma semenit buka masker nggak soal.
#orailmiyah