Atas nama lingkungan, mungkinkah penyedia platform pesan antar makanan mewajibkan wadah ramah lingkungan? Untuk jus, jamu, dan es kopi literan mungkin belum ada pengganti botol plastik. Tapi untuk Styrofoam?
Bagi penjual, Styrofoam (ini jenama, nama diawali huruf kapital) lebih murah ketimbang wadah lain. Seratus boks Styrofoam wadah bubur ayam itu cuma Rp22.000. Sedangkan harga wadah ramah lingkungan, misalnya dari ampas tebu, biodegradable dan compostable 6β12 bulan, laik microwave dan freezer, Rp100.000 untuk 50 kotak. Rp220 lawan Rp2.000.
Bagi konsumen, jika biaya demi pengurangan beban lingkungan harus mereka tanggung, dengan membayar lebih mahal untuk makanan berkemasan ramah lingkungan, tentu memberatkan.
Membuat mekanisme agar pembeli makanan berwadahkan Styrofoam justru harus membayar lebih mahal sebagai biaya lingkungan? Mungkin tampak modern. Di atas kertas tampak keren. Praktiknya akan sukar, dianggap aneh, dan jadi olok-olok rakyat.
Saya sendiri bagaimana? Kalau ingat ya pesan tanpa Styrofoam, misalnya lele bakar, cukup dibungkus kertas nasi dan dikantongi tas keresek yang katanya ramah lingkungan. Kalau ingat. Kalau tahu bakal dibungkus Styrofoam padahal ada cara lain.
Malu juga.
Β¬ Infografik: Lokadata.id / Beritagar.id
2 Comments
Kalau pesan makanan secara onlen ternyata bungkusnya styrofoam, saya, istri dan anak secepatnya mengganti wadah.
BTW warung istri saya nggak pernah pakai styrofoam. Sekarang pakai thinwall, khususnya untuk konsumen yang memilih bukan bungkus kertas cokelat (pakai thinwall harga beda).
Sip πΊπππ