Masih ada yang menjual papan cuci, karena kata penjualnya di Pasar Kecapi, Jatiwarna, Bekasi, “Masih banyak orang yang pake, buat nyuci yang berat-berat.”
Harga papan cuci Rp40.000—Rp70.000, ukuran sekitar 40 x 60 cm. Yang paling mahal itu dari kayu nangka utuh, bukan papan dipakukan, tapi kecil. Lebih besar dari itu tentu mahal, tapi si penjual tidak bisa menunjukkan karena stok kosong.
Di lapak daring lokapasar juga banyak yang menjual papan penggilasan; ada yang berbahan kayu, plastik, maupun karet.
Anda punya pengalaman mencuci dengan papan penggilasan di sebelah sumur?
Penjual papan cuci di pasar, sambil merenges, menyebutnya mesin cuci tradisional. Kalau embrio mesin cuci, dari tong kayu dan kayu bergerigi, saya pernah melihatnya di museum panjara, di Tasmania, Australia, buatan sekitar 1830. Alat-alat bergerigi gilas itu digerakkan napi seperti cara menggiling kedelai dulu di pabrik tahu.
6 Comments
Mesin cuci tradisional. 🤣
Nguceki, ngopyoki, itu paling sip
Saya nggak pernah nyikati, hanya nguceki dan pyok pyok pyok. 😁
Eh plus mbilasi, dhing.
Kuncinya satu, jgn pakai apapun sampai kotor, dari sapu tangan sampai seprei. Pengalaman zaman kuliah gitu
Nah, kalau seprei, itu urusan Mas Londri seberang rumah. Saya tiada sanggup ngumbahi seprei krn kalau nyuci hanya pakai alat cuci manual alias tangan, bukan mesin cuci.