Pagi ini, saat membersihkan foto di ponsel, saya temukan jepretan 27 Januari lalu. Saya menjepretnya spontan, saat tengah hari, sinar matahari menerobos sudut tembok rumah sebelah dapur.
Lalu lamunan saya pun berdesakan secara cepat, melampaui kecepatan berbicara. Tentang estetika.
Keindahan itu ada sebagai dirinya, apa adanya, secara otonom, ataukah karena karena kesadaran kita? Ini seperti soal lamunan saat duduk di kursi depan dalam angkot dan melihat sekitar selama perjalanan: sesuatu itu ada karena diamati atau memang hadir dengan maupun tanpa kita sadari?
Sesuatu yang sepele maupun rumit bisa muncul kapan pun dalam benak. Jika menyangkut foto ini, yang menurut saya indah, tapi belum tentu sama bagi orang lain, persoalannya adalah keindahan ini apa bukan karena mata dan otak saya membingkaikannya, lalu lensa ponsel menjadi kepanjangan isi pikiran, dan foto sebagai hasil pembekuan gerak terhidangkan dalam laman blog?
Oh, maaf jika alur pikir saya ruwet. Abaikan saja. Dan selamat menikmati gambar. Anda dapat menghasilkan lebih bagus, apapun ponsel Anda.
Salam.
*) Tangkapan layar data Exif foto ini, dari laman penyaji data, bisa Anda tengok di sini
10 Comments
Kalimat penutup itu ngapusi saya.
Kok ngapusi to? ๐
Sudah terbukti, saya tdk bisa menghasilkan lebih bagus dgn ponsel saya.
Pasti bisa. Cobalah.
Jangan lupa membersihkan lensa.
๐๐
Lensane saben byar pun kulo resiki, je!
B
Ateges mboten wonten prekawis ๐๐
Ah, ngapusi melih!
Hamdani Hartoyo…
Cobalah dari hal yang disukai. Bikin closeup dari bagian-bagian trail, tangkap karakternya
๐๐๐
Baiklah. nanti dicoba.
BTW saya Fausi Hartoyo, diapusi ra percoyo….